Ada dua pendekatan yang bisa ditempuh untuk menangani sebuah
franchise super populer dengan basis fans yang sudah begitu masif.
Pertama, tentu saja bermain dengan sangat aman. Seperti yang ditempuh
oleh Ubisoft dengan Assassin’s Creed dan Activision dengan Call of Duty,
rasa baru yang diperkenalkan di setiap seri yang dirilis lebih berfokus
pada tema atau cerita yang ada. Sementara dari sisi gameplay, tidak
banyak berubah dengan sedikit inovasi. Namun tidak sedikit pula
developer yang tidak ragu keluar dari pakem kenyamanan tersebut dan
menjajal sesuatu yang baru. Hal ini lah yang diperlihatkan Hideo Kojima
dengan proyek terbarunya – Metal Gear Solid V: The Phantom Pain yang
setelah digoda cukup lama, akhirnya tiba dengan “selamat” di tangan para
gamer tanggal 1 September 2015 kemarin.
Sebagian besar dari Anda mungkin sudah membaca preview kami
sebelumnya yang memuji tinggi game ini. Impresi pertama yang ia tawarkan
memang luar biasa. Menawarkan aksi si Snake dalam dunia open world
dengan objektif yang bisa dicapai dengan beragam cara terbukti berakhir
manis, apalagi dengan konten hingga ratusan jam yang bisa dinikmati jika
Anda termasuk gamer yang cukup ambisius untuk memainkannya secara
sempurna. MGS V: The Phantom Pain menawarkan cita rasa berbeda
dibandingkan dengan seri-seri Metal Gear sebelumnya dan sejauh preview
kemarin, semua elemen tersebut melebur ke dalam satu pengalaman bermain
yang fantastis. Namun, memainkannya lebih jauh membuka mata kami akan
satu hal – bahwa ia mungkin tidak sesempurna yang dibayangkan.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Metal Gear Solid V: The
Phantom Pain? Ini mengapa kami menyebutnya sebagai game yang menawarkan
rasa puas dan kecewa di saat yang sama? Review ini akan membahasnya
lebih dalam untuk Anda.
Plot
Metal Gear Solid V: The Phantom Pain berperan sebagai sekuel langsung dari MGS V: Ground Zeroes.
MGS V: The Phantom Pain sendiri berperan sebagai seri sekuel langsung
dari MGS V: Ground Zeroes yang dirilis tahun lalu. Prolog pendek yang
didesain untuk memperkenalkan cita rasa baru Metal Gear tersebut
berperan sebagai pondasi untuk perjalanan Big Boss di seri kali ini.
Apakah ini berarti Ground Zeroes menjadi sebuah seri yang wajib untuk
dinikmati? Tenang saja, ia tidak terlalu esensial. The Phantom Pain
langsung memberikan recap singkat, padat, dan jelas untuk memberikan
gambaran lebih jelas apa yang terjadi dengan Big Boss di Ground Zeroes
dan efeknya untuk seri Phantom Pain kali ini.
Di akhir Ground Zeroes, usaha Big Boss untuk menyelamatkan Paz dari
Camp Omega ternyata berakhir bencana. Setelah berhasil mengeluarkan
salah satu bomb dari tubuh Paz, Big Boss gagal memprediksi bahwa ada
satu ekstra bomb lain yang terlewatkan oleh mereka. Paz yang dikala itu
sadar, akhirnya memutuskan untuk loncat dari helikopter dan mengorbankan
dirinya sendiri. Big Boss memang selamat, namun efek ledakan tersebut
begitu destruktif hingga mencederainya. Seberapa parah? Cukup untuk
membuat pasukan terbaik di dunia tersebut koma selama sembilan tahun. Ledakan yang ditimbulkan event Paz membuat Big Boss tidak sadarkan diri selama 9 tahun! Tak punya waktu beristirahat, ancaman langsung hadir begitu ia membuka mata dari koma sembilan tahunnya. Selain harus kehilangan tangan kirinya, insiden tersebut juga menyisakan pecahan tulang di kepalanya.
Sembilan tahun adalah waktu yang dibutuhkan Big Boss untuk sadar
kembali. Namun bukan sambutan hangat penuh cinta yang ia terima, mata
yang baru melihat cahaya untuk waktu lama tersebut harus berakhir dengan
kejutan penuh kejutan yang lain. Ledakan yang begitu dekat membuat Big
Boss harus menerima konsekuensi cacat fisik yang tidak bisa dihindari.
Ratusan pecahan tulang dari begitu banyak orang bersarang di tubuhnya
dari hasil efek ledakan, termasuk kepingan besar di kepala yang memang
diputuskan untuk tidak dicabut demi fungsi otak yang berjalan
sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu saja, ia juga kehilangan tangan
kirinya dalam peristiwa tersebut. Bahkan belum sempat untuk berduka
untuk kondisinya sendir, Big Boss sudah harus berhadapan dengan ancaman
lain. Cipher dikabarkan sudah mengetahui sadarnya Big Boss dan siap
untuk membinasakannya untuk selama-lamanya. Sebuah rencana alternatif
nan gila pun dilakukan.
Berada di rumah sakit yang sama, sang dokter memutuskan untuk
melakukan operasi plastik besar-besaran untuk mengubah wajah Big Boss
untuk memperbesar kesempatannya selamat. Ia kini menyandang wajah dan
identitas baru sebagai “Ahab”. Dan seperti yang bisa diprediksi, Cipher
pun melancarkan serangan besar-besaran tanpa ampun untuk tidak hanya
membunuh Big Boss, tapi melenyapkan seisi rumah sakit. Big Boss yang tak
punya kemampuan fisik ini untungnya dibantu oleh sang rekan satu kamar –
Ishmael yang wajahnya ditutup perban. Selamat dari satu ancaman ke
ancaman lain, Cipher ternyata bukan satu-satunya pihak yang mengincar
mereka. Seorang manusia yang tidak mempan ditembak peluru dan sebuah
anak yang melayang dengan kekuatan telekinesis juga terlihat di sana,
dan berusaha membinasakan semuanya, Big Boss maupun Cipher.
Ternyata bukan hanya Cipher yang mengincar dirinya, sebuah kekuatan
lain dengan dua orang pasukan super aneh juga berusaha membinasakan Big
Boss.
Untungnya, ia berhasil selamat. Dengan kombinasi bantuan Ocelot dan
Miller, Big Boss kembali membangun kekuatan dengan fokus – menghentikan
XOF yang dikepalai oleh Skull Face. Tokoh antagonis dengan wajah buruk ini punya agenda yang lebih menyeramkan dari sekedar perang nuklir.
Akhir cerita, Big Boss berhasil selamat. Tapi perang dan tragedi
seolah tidak bisa lepas darinya. Dengan dendam Miller yang masih
membara, mereka berusaha mencari keadilan melawan XOF yang dipimpin oleh
sosok misterius bernama Skull Face, yang juga sempat muncul di Ground
Zeroes. XOF disebut-sebut bertanggung jawab atas hancurnya Mother Base
sebelumnya sekaligus membuat Big Boss kehilangan begitu banyak hal.
Parahnya lagi? Skull Face tampaknya punya rencana yang lebih buruk.
Proses investigasi yang dilakukan Big Boss menemukan satu hal – bahwa
Skull Face dan XOF bukanlah lagi sel organisasi yang berdiri di bawah
bendera Cipher dan bisa mereka kendalikan. Sang “monster” dengan wajah
rusak dan topi khasnya ini, punya agenda tersendiri. Karakter siapa saja yang akan ditemui oleh Big Boss di perjalanannya kali ini? Earphone?
Lantas, apa yang sebenarnya direncanakan oleh Skull Face? Siapakah
anak kecil yang melayang dan manusia dengan api yang kita temukan di
awal? Karakter siapa saja yang akan kita temui di seri ini? Bagiamana
kisah Big Boss akan menjadi penghubung kekosongan plot yang selama ini
diklaim oleh Kojima? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut bisa Anda
dapatkan dengan memainkan Metal Gear Solid V: The Phantom Pain ini.
Bukan Metal Gear yang Anda Kenal!
Metal Gear Solid V: The Phantom Pain bukanlah seri Metal Gear yang selama ini Anda kenal.
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar nama Metal Gear Solid sebagai
sebuah franchise? Maka sebagian besar dari kita yang sempat jatuh hati
dengan pesona seri-seri sebelumnya akan langsung mengarah pada dua hal
utama: jalan cerita yang linear dan tentu saja, potongan adegan
sinematik yang bahkan bisa disejajarkan dengan film Hollywood sekalipun.
Untuk yang terakhir ini, terlepas dari lelucon yang muncul, selalu
menjadi esensi dari Metal Gear Solid itu sendiri. Scene yang disampaikan
panjang, berbelit, dan penuh istilah kompleks yang didesain untuk
menjelaskan timeline dan latar belakang sebuah timeline cerita yang
butuh waktu lama untuk dimengerti. Namun Kojima memutuskan untuk
membuang semua nilai jual tersebut dan menawarkan sesuatu yang berbeda
di MGS V: The Phantom Pain.
Snake kini terlempar di sebuah game yang lebih menonjolkan aspek
open-world dari sisinya sebagai game action. Bertempat di Afghanistan
dan Afrika, Snake diberikan keleluasaan untuk bergerak di setting yang
dibangun dengan atmosfer yang luar biasa tersebut. Maka seperti konsep
utama yang mereka perkenalkan via Ground Zeroes, cerita tidak lagi
dibangun dalam sekuens yang disodorkan kepada gamer begitu saja.
Progress cerita meluncur dari pilihan misi yang begitu banyak. Ada dua
jenis misi – Main Mission untuk mendapatkan progress cerita dan Side
Mission yang bersifat sekedar sebagai misi sampingan. Keduanya terkadang
saling berhubungan satu sama lain di beberapa titik untuk menjalin satu
garis cerita yang lebih erat.
Sistemnya kini lebih sederhana. Anda memilih misi dari list yang ada
dan helikopter akan menerjunkan Anda secara langsung ke titik terdekat. Anda diberi kebebasan untuk memilih metode penyelesaiian misi Anda sendiri. Stealth? Perang terbuka? Atau Anda cukup gila untuk membawa Tank dan sekedar menembak membabi-buta?
Maka sistemnya menyederhana di sini. Yang perlu Anda lakukan hanyalah
memilih satu dari misi yang ada, Main ataupun Side Mission, dan Snake
akan langsung diterjunkan di sana. Di sinilah, MGS V: The Phantom Pain
memperlihatkan tajinya sebagai salah satu game action stealth terbaik
yang pernah ada. Anda punya kebebasan yang hampir mutlak untuk
menyelesaikan setiap misi yang ada, menggunakan cara apapun yang bisa
Anda pikirkan. Apakah Anda lebih tertarik untuk maju secara terbuka,
menggunakan machine gun dan armor yang lebih kuat? Atau Anda lebih
senang dengan gaya stealth yang minim resiko, namun butuh perencanaan
lebih matang untuk dieksekusi? MGS V: TPP membuka pintunya lebar-lebar,
bagi kita – gamer, untuk menentukan metode seperti apa yang kita
butuhkan. Metode yang bisa berakhir dengan mayat bergelimpangan
dimana-mana dan tubuh Snake Anda penuh darah, atau justru begitu tenang
tanpa harus berhadapan dengan kematian sama sekali. Anda juga bisa
menggunakan senjata atau bahkan tangan kosong belaka untuk
“membersihkan” sebuah area. Snake juga akan kembali diperkuat Reflex
Mode – mode yang akan melambatkan waktu untuk memberikan Anda waktu
berpikir dan beraksi, setiap kali musuh tahu keberadaan Anda.
Kebebasan metode penyelesaian misi ini benar-benar akan menuntut Anda
kreatif. Anda mulai harus memikirkan dan menimbang elemen apa saja yang
bisa dimanipulasi untuk keuntungan misi Anda, jika Anda termasuk gamer
yang menolak hadir dan menembak membabi buta ala game action pada
umumnya. Contoh? Ketika misi meminta Anda untuk membawa tawanan pergi
dari area yang ada, sementara prajurit lawan yang melakukan patroli
begitu ramai. Anda bisa memutus jalur komunikasi dan listrik mereka
untuk ekstra keamanan, sembari menginterogasi setiap prajurit yang
berhasil Anda sandera untuk mendapatkan posisi pasti sang tawanan. ATAU
Anda bisa meletakkan C4 di gardu listrik mereka sekedar untuk persiapan.
Begitu Anda mendapatkan tawanan yang menjadi target misi Anda, Anda
baru meledakkan C4 tersebut, tidak hanya untuk mematikan listrik, tapi
juga menarik perhatian sebagian besar para penjaga yang akan langsung
memeriksanya. Hasilnya? Jalan keluar Anda ke helikopter penjemput akan
luang seketika. “Seribu satu cara menuju ke Roma”, ungkapan ini pantas untuk mendeksripsikan gaya permainan di MGS V: The Phantom Pain.
Atau contoh lain, apa yang bisa Anda lakukan jika misi Anda adalah
menghentikan dan membersihkan satu kendaraan berat dan dua buah tank
yang tengah bergerak, ketika Anda hanya boleh menggunakan Bionic Arm
Anda di misi tersebut? Di outpost dengan lebih dari belasan penjaga
tersebut, hanya terlihat dua orang penjaga saja yang membawa Rocket
Launcher, yang bahkan tidak cukup kuat untuk menghancurkan sebuah tank,
dan mustahil untuk digunakan di tiga buah kendaraan berat yang bergerak
cepat. Menggunakan mortar? Tinggal tunggu waktu hingga meriam tank
menghancurkan tubuh Anda berkeping-keping dengan akurasi tinggi ketika
mereka menemukan posisi Anda. Menggunakan machine gun? Bahkan jauh lebih
tidak berguna. Maka otak Anda pun akan berpikir keras mencari cara
solusi seperti apa yang bisa ditempuh di kondisi seperti ini. Tahu apa
yang kami lakukan hingga misi ini berhasil? Membuat pingsan satu
prajurit, mengangkat dan membawanya ke tengah jalan arah lalu tiga
kendaraan berat ini, dan memaksa mereka berhenti untuk memeriksa. Dan
ketika konvoi ini berhenti total? BAM! 2 buah C4 untuk masing-masing
kendaraan, dan VOILA! Sedikit kerja keras otak berkontribusi pada misi
yang satu ini.
Beda dengan seri sebelumnya yang memungkinkan Anda membawa sebanyak
mungkin senjata / item dan kemudian beradaptasi secara langsung, MGS V
membatasi hal tersebut. Tangan bionic Anda juga punya beberapa fungsi unik.
Berbeda dengan seri-seri MGS sebelumnya juga, Snake kini hanya bisa
membawa senjata dan equipment yang sangat terbatas. Tidak ada lagi hak
istimewa untuk langsung mencari equipment yang dibutuhkan dari lusinan
yang Anda bawa sekaligus untuk beradaptasi dengan serangkaian situasi
yang muncul. Snake hanya bisa membawa 2 senjata Primary Weapons (senjata
berat) dan 2 senjata Secondary Weapons (pistol dan Bionic Arms), dan
sekitar 8 jenis item dan equipment untuk membantu misi Anda. Lantas,
bagaimana jika Anda tiba-tiba sadar bahwa senjata Anda tidak akan cocok
untuk menyelesaikan tantangan level yang tengah Anda hadapi? Maka Anda
selalu bisa meminta Mother Base untuk mengirimkan ekstra senjata yang
berbeda atau sekedar tambahan ammo ke dalam level yang tengah Anda
jalani. Namun perlu diingat, setiap kali Anda memanggil lebih banyak
supply atau senjata dan mempersiapkan begitu banyak item / equipment di
dalam misi, Anda juga harus berkorban lebih banyak GMP – mata uang di
dalam MGS V: The Phantom Pain ini. Snake tidak akan menjalani semua misi sendirian. Ada buddy yang bisa dibawa dengan fungsi uniknya masing-masing.
Kerennya lagi? Semakin sering Anda membawa Buddy tertentu, semakin
tinggi pula nilai kedekatan Anda yang pada akhirnya – akan membuka
command keren tertentu. Seperti D-Dog yang bisa Anda suruh untuk
melumpuhkan musuh.
Berita baiknya? Snake tidak sendiri ketika menjalankan misi-misi ini.
MGS V: TPP memperkenalkan “Buddy System” dimana satu dari empat
karakter yang bisa Anda rekrut atau Anda lewatkan (yang sudah pasti
berakhir dengan penyesalan) bisa membantu Snake dalam setiap misi yang
ada. Ada D-Horse, kuda pemberani untuk aktivitas lebih mobile dan
kotoran “sakti” yang mampu membuat mobil tergelincir. Ada D-Dog, seekor
serigala / anjing yang jika dibawa ke medan pertempuran, akan secara
otomatis memberi tahu Anda soal posisi musuh, target misi, hingga
resource yang bisa dikumpulkan. Ada D-Walker, sebuah robot humanoid yang
bisa Anda kendali dengan tingkat kustomisasi senjata yang bisa
disesuaikan dengan apa yang Anda butuhkan. Dan ada Quiet, sang Buddy
yang tampaknya berhak untuk mendapatkan satu porsi pembahasan tersendiri
di sesi review JagatPlay kali ini. Kerennya lagi? Semakin sering Anda
menggunakan satu buddy tertentu, semakin tinggi nilai hubungan Anda,
semakin banyak aksi juga yang bisa Anda minta mereka lakukan. Anda yang mudah terasa tertantang akan menghabiskan banyak waktu dengan game ini, itu yang pasti.
Maka game ini akan meminta Anda berangkat dari satu misi ke misi
lainnya, menyelesaikannya, dan berhadapan dengan lebih banyak misi yang
menunggu dan cerita yang akhirnya bisa bergerak sedikit lebih maju.
Membosankan? Sebagai salah satu gamer yang cukup benci dengan gameplay
yang repetitif, variasi yang ia tawarkan cukup kaya di awal-awal
permainan dengan desain yang pantas untuk diacungi jempol. Bahkan untuk
Anda yang merasa sensitif dengan rasa monoton yang mungkin timbul,
keinginan Anda untuk mencapai hasil sempurna juga akan tidak akan
membuat Anda berkeberatan untuk terus mengulang misi yang sama.
Sementara dari tingkat kesulitan akan sangat relatif pada metode yang
Anda pilih.
Mother Base – Meta Game yang Luar Biasa!
Selamat datang di Mother Base!
Jika semua aktivitas di misi utama dan sampingan Anda masih belum
cukup untuk Anda, tenang saja, karena MGS V: The Phantom Pain kini
memungkinkan Snake untuk membangun Mother Base kembali, yang tidak
seperti di Peace Walker hanya berupa kata-kata dan data, ia menjadi
sebuah tempat yang bisa Anda kunjungi dan bahkan menjadi setting untuk
beragam cut-scene penting yang ada. Ia menjadi bagian yang esensial
untuk cerita dan gameplay, sekaligus menjamin seberapa besar kesempatan
Snake untuk bertahan dari setiap rintangan yang ada. Mother Base akan memungkinkan Anda menggunakan senjata yang lebih canggih, efektif, hingga mematikan. Tidak hanya untuk Anda, tetapi juga Buddy Anda.
Fungsi utama Mother Base yang berperan langsung pada gameplay adalah
fakta bahwa ia merupakan sumber dari puluhan jenis senjata, armor, dan
item yang bisa Anda bawa ke dalam pertempuran. Begitu R&D Platform
sudah terbentuk sesuai dengan progress cerita, Anda mulai bisa melakukan
ekstra penelian dan membuka lebih banyak varian equipment yang bisa
Anda bawa ke dalam pertempuran. Anda butuh baju yang lebih cocok untuk
melakukan proses infiltrasi? Atau senjata tidur yang lebih bisa
diandalkan ketika jarak jauh? Atau Quiet butuh sniper yang mampu
menghasilkan damage katastropik dengan lebih cepat? Semuanya dilakukan
via Mother Base. Mother Base juga bisa dimaksimalkan untuk mengirimkan
senjata, supply ammo, kendaraan, hingga pergantian buddy di dalam misi,
jika Anda butuhkan. Semuanya dilakukan via menu di dalam iDroid yang
dibawa Big Boss.
Tentu saja, Anda selalu punya kesempatan untuk memperbesar Mother
Base. Setiap platform yang Anda bangun: Command, R&D, Base
Development, Support, Intel, Medical, Animal Conservation, dan
Quarantine Zone punya fungsi masing-masing. Support, misalnya, menjamin
bahwa barang yang ingin Anda kirim dan terima dari misi berakhir utuh,
bahkan ketika cuaca tengah buruk sekalipun. Sementara Base Development,
menjamin siklus resource yang lebih konsisten. Untuk membangun setiap
platform, Anda butuh mengeluarkan sejumlah GMP dan memiliki resource
memadai seperti yang diminta di dalam syarat. Masing-masing platform
juga bisa mengalami kenaikan level, yang jika semakin tinggi, akan
memperbesar kesempatan Anda untuk menciptakan senjata, equipment, atau
item yang lebih kuat dan luar biasa.
Anda bisa terus memperbesar, memperluas, dan meningkatkan level setiap
platform Mother Base yang menawarkan fungsi spesifik yang berbeda-beda. Saatnya “menculik” sebanyak mungkin aset musuh dengan menggunakan Fulton!
Kehadiran Mother Base sendiri mengubah cara MGS V: The Phantom Pain
bekerja, terutama jika dibandingkan dengan Ground Zeroes. Dengan
platform yang semakin bertambah, Anda juga harus memastikan bahwa
Diamond Dogs – pasukan yang Anda pimpin memang memiliki resource otak
yang cukup untuk memastikan Mother Base berjalan secara optimal. Anda
didorong untuk merekrut lebih banyak orang, mencari talenta-talenta
khusus yang mampu menawarkan sesuatu yang baru, dan tentu saja – membuat
Mother Base semakin besar, kuat, dan ramai. Solusinya? Satu kata yang
absurd namun efektif – Fulton!
Ada sebuah motivasi ekstra untuk melumpukan para musuh yang Anda
temui secara non-lethal, yakni kesempatan untuk merekrut mereka menjadi
bagian dari pasukan Diamond Dogs Anda. Yang Anda perlukan hanya memasang
Fulton secara instan – sebuah balon udara yang berfungsi sebagai
penanda target jemputan untuk pesawat seperti yang sempat diperlihatkan
di The Dark Knight – untuk membawa para pasukan ini “pulang”.
Anda bisa memeriksa status para prajurit musuh ini terlebih dahulu
sebelum memutuskan apakah mereka pantas untuk diculik atau tidak. Atau Anda bisa menggunakannya untuk mencuri resource dan mengumpulkan binatang yang Anda temukan. Selamat datang di kebun binatang pribadi Anda!
Dengan menggunakan INT Scope, Anda bisa menganalisa kekuatan dan
kelemahan setiap pasukan musuh ini. Maka Anda akan menemukan kualitas di
bidang tertentu yang dipresentasikan dengan huruf “S+ – E”, dimana “S+”
masuk dalam kategori prajurit terbaik sementara “E” adalah prajurit
dengan skill di bawah standar. Setiap pasukan yang Anda rekrut bisa
ditugaskan untuk masuk ke dalam platform tertentu dalam Mother Base,
menaikkan level mereka yang berujung pada tersedianya dan lebih
maksimalnya layanan setiap divisi. Berita baiknya? Ketika Fulton Anda
berada di level lebih tinggi, Anda juga bisa memasang Fulton ini untuk
menangkap kendaraan berat seperti Tank dan kontainer berisi resources.
Atau Anda lebih tertarik untuk memastikan kebun binatang pribadi Anda
ramai? Jangan lupa gunakan Fulton untuk setiap binatang eksotis yang
Anda temukan!
Menariknya lagi, jika Anda memiliki koneksi internet dan terhubung
secara online, Anda bisa melakukan invasi ke Mother Base milik player
lain. Anda bisa “mengunjungi” markas mereka dan membuat sedikit
kekacauan. Setiap infiltrasi terhadap FOB user lain ini punya satu misi
yang sama, mencapai puncak tower tertinggi dan masuk ke dalam salah satu
area dengan kondisi pasukan target infiltrasi tidak sedang berada dalam
“Alert” atau bahkan menyerang Anda. Selama proses tersebut, Anda bisa
“menculik” pasukan dan resource yang Anda temui untuk dibawa pulang ke
Mother Base Anda. Terdengar sederhana? Tunggu dulu, ini adalah perang
terbuka yang juga harus disikapi dengan otak yang berjalan. Menariknya lagi? Anda juga bisa menginvasi Mother Base milik player lain jika terhubung secara online.
Anda dihitung berhasil jika mencapai puncak menara tertinggi di
platform yang Anda pilih. Tentu saja, Anda harus berhati-hati dengan
sistem penjagaan dan jebakan yang sudah dipersiapkan user lain. Menang? Kalah? Tenang, ada sistem reward dan punishment lewat jumlah GMP dan Resource yang ada.
Setiap kali Anda ketahuan, terlepas dari berhasilnya misi infiltrasi
atau tidak, usernama Anda akan langsung ketahuan oleh korban pemilik
Mother Base yang Anda invasi! Hasilnya? Mereka bisa langsung melakukan
balas dendam dan melakukan infiltrasi dengan damage yang bahkan lebih
besar. Namun bukan berarti masing-masing pihak tidak bisa “membela
diri”. Anda bisa melakukan research lebih dalam untuk memperkuat pasukan
di dalam Mother Base Anda dengan senjata dan armor yang lebih kuat,
sekaligus memasang beragam perangkap dan sistem pertahanan yang lebih
solid untuk mencegah user lain berhasil. Anda bisa memasang drone
keamanan dengan kamera, atau ranjau, atau bahkan mencegah proses
pencurian ini sendiri jika kebetulan Anda sedang online. Anda bisa
langsung bertemu dan berperang dengan siapapun yang “iseng”
mengotak-ngatik Mother Base Anda. Meta game yang satu ini akan membuat Anda ketagihan dan terus sibuk!
Setiap kemenangan akan menghadiahi Anda dengan segudang resource yang
harus diakui, tak mudah dikumpulkan jika hanya memainkan game ini di
dalam mode single player saja. Sementara setiap kekalahan dan kegagalan
juga harus dibayar dengan segudang resource dan GMP yang mau tidak mau,
harus rela berpindah ke tangan untuk para pemilik Mother Base yang
berhasil mempertahankan asetnya. Meta game Mother Base dan infiltrasi
online FOB ini memberikan MGS V: TPP nilai jual yang semakin kuat.
Quiet – Tak Sekedar Sensual
Ada banyak keraguan yang mengitari diri Quiet ketika ia diperkenalkan pertama kali oleh Kojima. Ia menuai banyak cibiran.
Absurd, mustahil, eksploitasi seksual berlebih, inilah tiga buah
jenis komentar yang terus mengitari sosok Quiet – ketika sniper dengan
pakaian super minim tersebut diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh
Hideo Kojima. Kojima di kala itu berusaha mati-matian membela pilihan
desainnya ini. Terlepas dari keinginannya untuk memastikan lebih banyak
wanita untuk melakukan Cosplay Quiet yang sudah pasti akan membantu
mempopulerkan produknya, ia juga menegaskan bahwa pilihan pakaian minim
tersebut juga datang dengan alasan kuat yang didasarkan pada cerita yang
ada. Lantas, apa yang kami rasakan ketika melihat, bertemu, dan beraksi
dengan Quiet secara langsung ketika game ini dirilis? Satu yang pasti,
ia akan membuat banyak suara kritikan tanpa dasar di masa lalu bungkam.
Quiet adalah salah satu kunci pengalaman MGS V: The Phantom Pain yang
utama. Tanpanya, game ini akan terasa super hambar.
Kita tentu saja tidak hanya berfokus pada visual sensual nan
memanjakan mata yang ia “hidangkan” di MGS V: The Phantom Pain yang
memang tak punya karakter wanita lain untuk mendukung hal tersebut.
Posisi Quiet di seri terbaru ini bisa disejajarkan dengan fungsi Paz di
Peace Walker, Meryl di Metal Gear Solid pertama, EVA di Snake Eater dan
tentu saja – para Beauty and the Beast Unit di Metal Gear Solid 4,
menghadirkan faktor lain yang bisa menjadi pengalih perhatian sementara
untuk para penikmat franchise ini. Dengan semua hal yang dilakukan
Kojima dengan karakter-karakter wanita yang ia usung selama ini, tidak
ada yang berlebihan dengan Quiet, dari karakter hingga desain pakaiannya
sendiri yang memang lebih terbuka dibandingkan karakter-karakter wanita
MGS V yang lain. Menariknya lagi? Ia bukan sekedar representasi dari
otak kotor Kojima yang hadir tanpa alasan. Wanita dengan daya tarik seksual yang kuat bukanlah barang baru di franchise ini. Meryl, Eva, dan Paz jadi bukti nyata. Quiet juga bisa diandalkan sebagai buddy yang mumpuni di dalam medan pertempuran.
Dari sisi gameplay, Quiet adalah salah buddy yang paling bisa
diandalkan. Berbeda dengan D-Horse atau D-Dog yang lebih banyak
mengandalkan perintah Anda untuk beraksi, Anda bisa menggunakan Quiet
untuk fungsi Recon dan Attack yang lebih menyeramkan. Kemampuan
Recon-nya mungkin tidak sebaik D-Dog, namun Quiet akan menawarkan fungsi
yang sama minus scouting resources. Sebagai gantinya, ia terkadang akan
melemparkan supply secara random di tempat tertentu jika ia
menemukannya. Kerennya lagi? Anda bisa memerintahkan Quiet ke mode
Attack – dimana ia bisa melindungi Snake setiap kali Reflex Mode
terpicu, atau bahkan sendirian “membersihkan” markas dengan senapan
jitunya, sementara Anda tengah sibuk menempuh misi yang lain. Ia
mematikan, berfungsi sebagai scout ataupun decoy, dan bisa diandalkan
untuk beragam fungsi, dari infiltrasi hingga serangan terbuka. Maka seperti yang dijanjikan sebelumnya oleh Kojima, pilihan pakaian tersebut punya latar belakang yang kuat.
Semakin dekat hubungan Anda, semakin jelas pula niat Quiet untuk
menggoda Anda. Ia seperti berusaha berkomunikasi, namun tanpa kata-kata.
Seperti yang dijanjikan oleh Hideo Kojima di awal, pakaian yang
dipilih oleh Quiet memang mendasarkan diri pada latar belakang yang
kuat. Untuk mencegah spoiler lebih jauh, kami hanya bisa berbicara dua
hal: Pertama, Quiet bukanlah sosok seperti dimana ia terlihat secara
fisik. Kedua? Ia berbagi kekuatan dan fungsi tubuh yang hampir sama
dengan The End – salah satu boss sniper yang juga muncul di MGS 3: Snake
Eater. Kedua premis yang akhirnya mendorong Quiet mengusung pakaian
yang selama ini kita kenal. Menariknya lagi? Dari semua buddy yang bisa
Anda gunakan, ia menjadi satu-satunya yang terasa punya hubungan
personal yang lebih dekat dengan Big Boss. Terlepas dari absennya
kata-kata, Anda bisa melihat ketertarikan yang jelas dari sisi Quiet,
apalagi jika hubungan Anda sudah maksimal. Di helikopter, Quiet akan
mulai memperlihatkan aksi-aksi menggoda dengan tatapan mata yang seolah
hendak berbicara dengan Big Boss, tanpa kata-kata. Kisahnya akan siap untuk membuat hati Anda remuk dan hancur berkeping-keping. Oh Quiet..
Namun peran Quiet tidak berhenti di sana saja. Dari semua cerita yang
ditawarkan oleh MGS V: The Phantom Pain, kisahnya yang paling akan
membuat Anda terenyuh. Tidak malu, kami harus mengakui, ia menjadi
satu-satunya alasan kami menitikkan air mata, sesuatu yang tidak pernah
bisa kami prediksi akan meluncur dari game action dengan atmosfer
science-fiction yang kental ini. Perlahan namun pasti, Anda akan mulai
mengerti apa yang sudah ia korbankan dan terus ia korbankan, hanya untuk
semata-mata, membuat perasaannya sampai di orang yang ia cintai. Quiet
akan menonjok hati dan perasaan Anda begitu keras, cukup untuk membuat
Anda menarik napas panjang dan terdiam untuk waktu yang lama.
Tapi Sayangnya….
Sayangnya, ada banyak kekurangan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Secara garis besar pengalaman yang ada, apalagi setelah preview kami
yang bombastis, MGS V: The Phantom Pain terdengar seperti sebuah game
yang sempurna. Bahwa fakta besar kemungkinan ia menjadi seri terakhir
yang diracik oleh Hideo Kojima memang berujung pada kualitas game yang
tidak terbantahkan. Bahwa dengan review luar yang begitu positif, ia
berhak menjadi salah satu pesaing Game of the Year yang mumpuni,
terlepas dari eksistensi The Witcher 3: Wild Hunt yang memesona dan
Fallout 4 yang punya chance besar untuk menarik hati yang sama. Namun
sayangnya, semakin jauh permainan berjalan – dimana kami menghabiskan
100 jam untuk menyelesaikan setiap misi yang ada – masalah terkait game
ini perlahan namun pasti, muncul ke permukaan, satu demi satu. Kojima
terasa seperti kurang waktu untuk menyelesaikan game ini. Apa saja? Kami
akan berusaha menjabarkannya lewat sesi terpisah ini.
Pertama, soal cerita. Ketika Anda membayar mahal untuk sebuah game,
apalagi yang disebut-sebut akan menjadi jembatan cerita untuk sebuah
franchise yang masif, Anda berhadap akan mendapatkan konklusi cerita
yang memuaskan. Beberapa game gagal melakukan hal tersebut, seperti
Batman: Arkham Knight, misalnya. Sayangnya, MGS V: The Phantom Pain juga
demikian. Konklusi cerita yang ia tawarkan ternyata masih menyisakan
lebih banyak pertanyaan yang belum terjawab, terutama soal eksistensi
Eli, “senjata curiannya”, dan pasukan anak-anak yang ia bawa. Secara
mengejutkan, MGS V: The Phantom Pain memutuskan untuk tidak membahas arc
cerita yang menggantung tersebut. Berita yang lebih buruknya lagi?
Ketika Anda menemukan bahwa seharusnya ada “Episode 51” yang tidak
pernah rampung dan hanya dirilis sebagai konten ekstra eksklusif untuk
para pemilik Collector’s Edition Playstation 4. Anda terus
bertanya-tanya, mengapa cerita fantastis ini justru tidak menjadi fokus
dan Anda justru harus berhadapan dengan konten yang lebih banyak
menyisakan tanda tanya. Fakta bahwa mereka “menjual” cerita lewat
kombinasi audio di cassette dan bukan lagi cut-scene seperti seri-seri
Metal Gear sebelumnya juga sangat disayangkan. Memotong cerita sepenting ini? Seriously?
Dengan Chapter 1 yang didesain begitu fantastis, Anda berharap Chapter
selanjutnya bisa menawarkan sesuatu yang lebih. Sesuatu yang berakhir
dengan kekecewaan.
Kedua, berbicara soal Chapter. Ketika kami bertemu dengan ending dan
menyadari bahwa credits yang berjalan tersebut hanyalah berfungsi
sebagai akhir untuk “Chapter 1” setelah 70 jam permainan, kami gembira
dan menggila di saat yang sama. Mengapa? Karena semua cerita fantastis
dengan begitu banyak karakter keren yang Anda temukan selama kurun waktu
lama tersebut HANYALAH Chapter 1 saja. Lalu Anda bertemu dengan fakta
bahwa cerita soal perjalanan Big Boss ini belum lah selesai. Masih ada
konflik yang belum selesai, masih ada tanda tanya yang harus dijawab.
Apa yang Anda lakukan ketika menemukan setelah Chapter 1 sebegitu
fantastisnya? Anda tentu mengantisipasi bahwa Chapter berikutnya akan
jauh lebih keren dan gila, penuh pertempuran yang lebih epik. Berita
buruk, Anda tidak akan menemukan hal tersebut. Selain beberapa momen
emosional yang cukup menyentuh hati, Chapter 2 hadir dengan desain Main
Mission yang begitu buruk dan menyimpang dari daya tarik Chapter 1.
Bayangkan saja, alih-alih membawa Anda ke misi-misi dan jalinan cerita
baru, beberapa misi yang ia tawarkan di sesi ternyata menuntut Anda
untuk mengulang misi yang sudah Anda jalani di Chapter 1, namun hanya
dengan tingkat kesulitan lebih tinggi. Keputusan yang sangat aneh.
Ketiga, Boss Fight. Cerita dan Boss Fight adalah nilai jual Metal
Gear Solid sebagai franchise. Mengapa? Karena otak gila Hideo Kojima
seringkali berakhir dengan konsep Boss yang super keren dan terkadang
butuh solusi di luar nalar untuk diselesaikan. Anda masih ingat dengan
pertempuran Psycho Mantis di MGS satu? Atau The End di MGS 3? Atau
bahkan – lusinan Metal Gear Ray di MGS 2? Kita berharap bahwa level
kualitas pertempuran Boss di MGS V akan melewati semua kualitas
tersebut. Namun apa yang kita dapatkan? Pertarungan tidak epik yang
terasa sangat mainstream layaknya game-game action pada umumnya. Selain
pertempuran area terbuka melawan Sahelanthropus dan pertarungan melawan
Quiet, hampir tidak ada pertarungan yang cukup untuk membuat Anda
terpukau dan cukup untuk membuat otak Anda tidak mudah melupakannya
begitu saja. Pertarungan tangan kosong melawan Eli? Meh. Pertarungan
melawan Man on Fire? Lebih Meh. Pertarungan melawan para Skulls yang
hanya datang, menunjukkan sedikit kekuatan, tanpa personality? Super
Meh. Pertarungan melawan Skull Face yang seharusnya menjadi otak di
balik semua konflik yang ada dengan rencana yang mampu mengancam
stabilitas internasional? Lelucon. Anda akan garuk-garuk kepala
karenanya. Pertarungan boss yang sama sekali tidak memorable.*sigh*
Keempat, soal microtransactions, tentu saja. Keputusan untuk
menyuntikkan sistem seperti ini di dalam MGS V: TPP tampaknya menjadi
tanggung jawab Konami, yang sejak awal kontroversinya dengan Kojima,
memang semakin memperlihatkan sifat beringasnya yang haus akan uang.
Beberapa berita sempat muncul dan membahas hal ini, yang kemudian
dibantah Konami dengan alasan klasik – bahwa Anda tidak pernah punya
keharusan untuk membeli sesuatu di game ini dan segala sesuatunya bisa
dicapai tanpa perlu mengeluarkan sepeserpun uang. Secara konsep, Konami
tidak berbohong. Tapi dari sisi aplikasi? Anda memang tidak bisa lepas
dari jeratan setannya.
Microtransactions untungnya, tidak muncul untuk mempercepat progress
R&D Mother Base Anda atau memungkinkan Anda untuk membeli item
langsung secara permanen, yang tentu saja – terasa lebih curang. Namun
ia menjadi benteng tak tertundukkan ketika Anda berusaha membeli area
baru untuk FOB dan melakukan ekspansi Mother Base Anda. Region kedua
untuk Mother Base Anda memang gratis, namun region selanjutnya, dengan
resource lebih kaya yang bisa ditambang, ternyata hanya bisa dibeli
dengan menggunakan koin khusus “MB” yang hanya tersedia via
microtransactions. Apakah koin ini bisa didapatkan dengan cara lain?
Satu-satunya cara lain untuk mendapatkan MB Coins hanyalah dengan
mendapatkan Reward dari Daily Login mode online MGS V: TPP dan tidak ada
cara lain. Anda hanya bisa mendapatkan maksimal 50 koin MB dengan
skedul pemberian bonus yang sangat bergantung pada kemurahan hati Konami
sendiri. Sementara di sisi lain, Anda tahu berapa banyak koin yang
harus dihabiskan untuk membeli satu region baru Mother Base? 1.200 koin
MB! Selamat mengumpulkan 50 koin entah sampai kapan tanpa
microtransactions jika Anda tertarik melakukan ekspansi Mother Base.
Kelima dan yang paling aneh? MGS V: The Phantom Pain tidak terasa
seperti game Metal Gear Solid, terlepas dari fakta bahwa elemen stealth
masih memainkan peran penting di dalamnya. Perlu diingat, bahwa semua
teknologi ini terjadi di era tahun 1980-an atau sebelum era Metal Gear
Solid pertama. Mengapa Sahelanthropus terlihat lebih maju secara
teknologi dibandingkan Metal Gear Rex di MGS pertama? Tenang, kita tidak
akan membicarakan hal tersebut karena ada penjelasan masuk akal di
sana, termasuk limitasi informasi dan teknologi yang mulai terjadi
ketika The Patriots aka La-Li-Lu-Le-Lo aktif di bawah tangan Cipher.
Kita membicarakan teknologi lain yang membuat game ini terasa menyimpang
dari akarnya. Di sebuah era dengan teknologi terbatas, Anda bisa
mengenakan pakaian bernama Parasite Suit untuk Snake yang tampilannya
tidak hanya mirip Crysis, tetapi juga menyediakan kemampuan untuk
menghilang secara permanen, melapisi diri dengan armor khusus, hingga
menciptakan kabut. Namun yang paling menyimpang dari kesemuanya? Tidak
lain dan tidak bukan – adalah teknologi Wormhole. Benar sekali, dengan
R&D level tinggi, Anda bisa menggantikan sistem Fulton klasik Anda
dengan Wormhole, yang memungkinkan Anda untuk mengangkut benda apapun,
seberat apapun, dimanapun dengan menggunakan lubang hitam ini secara
langsung ke Mother Base. Teknologi yang bahkan tidak bisa
diimplementasikan di MGS IV: Guns of the Patriots. What the.. ! !! Dunia yang ditawarkan MGS V memang luas. Kaya? Tunggu dulu.
Keenam, sekaligus omelan kami yang terakhir? Dunia yang ditawarkan
oleh Hideo Kojima itu sendiri. Anda akan berganti-ganti lokasi dari
Afghanistan dan Afrika bergantung pada misi yang Anda pilih. Dengan
ruang area misi utama yang terbatas, kedua lokasi ini terasa padat
dengan musuh yang senantiasa siap untuk mencegah Anda mampu
menyelesaikan misi yang ada dengan mudah. Wilayah-wilayah yang
ditawarkan Kojima terasa begitu fantastis dan indah. Namun begitu Anda
mengeksplorasinya secara bebas? Semua hal magis tersebut seolah lenyap
begitu saja. Selain post-post yang Anda temui di dalamnya, dunia MGS V:
TPP benar-benar kosong. Yang Anda temukan hanyalah pemandangan, pohon,
dan tanah kosong dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan jalan kosong
yang juga minim aktivitas. Tidak ada rahasia yang bisa Anda cari atau
temukan. Semua tanah lapang tersebut hanya berfungsi sekedar sebagai
media Anda bergerak dan tidak lebih. Tidak ada civilian, tidak ada
aktivitas hidup, tidak ada misi sampingan lain yang bisa dilakukan atau
rahasia tersembunyi yang bisa Anda temukan. Sesuatu yang tentu saja,
sangat disayangkan.
Tetap dengan Kejutan Khas Kojima
Kept you waiting huh?
Untungnya, Kojima tidak gagal untuk menawarkan kejutan-kejutan keren
yang bisa berfungsi sebagai easter egg di MGS V: The Phantom Pain ini.
Ada begitu banyak scene dan kejutan yang bisa Anda temukan, jika Anda
cukup beruntung untuk masuk ke dalam requirements yang seringkali tidak
jelas dan tidak pernah dideskripsikan secara terbuka. Ada beberapa hal
yang klasik, seperti salah satu misi sampingan yang memungkinkan Anda
untuk bertemu kembali dengan Kojima sebagai salah satu NPC yang ditawan,
dan merekrutnya sebagai bagian dari Intel Team dengan rating performa
yang luar biasa. Namun ada banyak kejutan lainnya yang berfungsi sebagai
humor ringan pula.
Salah satu yang sempat menjadi pembahasan ramai di dunia maya
beberapa waktu lalu adalah hari raya ulang tahun Big Boss yang sempat
Anda masukkan di awal permainan yang akan dirayakan di Mother Base jika
Anda menyalakannya di hari yang sama. Ada dua versi yang muncul dari
perayaan ini. Versi pertama memperlihatkan aksi Ocelot dan Miller yang
mempersiapkan kembang api dan kue penuh lilin untuk Anda tiup. Versi
kedua memperlihatkan aksi yang lebih personal dengan Quiet, yang lewat
akurasi tembakannya menuliskan “HBD” di kotak terdekat. Bukan itu saja?
Jika Anda memutuskan untuk berjalan-jalan di Mother Base, setiap pasukan
yang Anda temukan juga akan langsung memberi hormat dan mengucapkan
selamat ulang tahun kepada Anda. Venom Snake? More like “Ngidol” Snake..HURT ME MORE!
Kejutan lain muncul dari sistem bau tubuh dan darah. Anda bisa
melihat bahwa untuk setiap misi yang ia selesaikan, pakaian Snake tidak
pernah bisa bersih secara tiba-tiba. Semua darah yang muncul dari
pertempuran yang ia lewati, baik dari musuh ataupun tubuhnya sendiri
akan terus terakumulasi. Perlahan namun pasti, bau tubuh Snake sudah
tidak terbayangkan, apalagi dengan semua keringat, air kotor, dan tanah
becek yang ia lalui. Membiarkan kondisi Snake seperti ini akan membuat
kondisi mental dan beberapa status jatuh, bahkan cukup untuk membuat
lalat terus berkerubung di sekitar kepala Snake – yang tentu saja, juga
akan membuat Anda sulit untuk mengendap-ngendap di belakang musuh ketika
di dibutuhkan karena suara dan bau yang dihasilkan. Ketika Anda kembali
di Mother Base, semua prajurit akan menjauhi Anda dan Ocelot secara
terbuka akan menyuruh Anda mandi di tempat mandi terdekat di dalam
platform utama. Versi lain? Coba lakukan hal ini setelah Quiet
bergabung, dan Anda akan dihadapkan dengan scene yang lebih menggoda.
Beberapa informasi dunia maya juga sempat membicarakan soal hadirnya
beberapa easter egg terkait P.T., namun sayangnya, kami sendiri masih
belum bertemu dengan konten tersebut secara langsung.
Kesimpulan
Terlepas dari semua itu, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain adalah
sebuah produk final yang menawan. Ia mungkin memuat beberapa kekurangan
yang fatal, namun tidak lantas membuatnya jatuh ke level sebuah game
action standar. MGS V: TPP tetaplah sebuah proyek game stealth open
world yang fantastis, luar biasa, dan sangat pantas untuk dimiliki dan
dijajal – terlepas dari apakah Anda termasuk pengikut seri Metal Gear
Solid sebelumnya ataupun tidak. Kojima sekali lagi membuktikan bahwa
tangan magisnya memang tidak akan pernah bisa tergantikan di industri
game.
Lantas apa yang bisa disimpulkan dari Metal Gear Solid V: The Phantom
Pain? Bahwa ia tetap pantas dinobatkan sebagai salah satu game stealth
terbaik yang pernah ada di industri game. Keberanian Kojima untuk
mengubah cita rasa permainan secara drastis dari seri-seri sebelumnya
terbayar manis, apalagi mengingat fakta bahwa Anda punya kebebasan
hampir mutlak untuk mencari strategi Anda sendiri ketika menyelesaikan
setiap misi yang ada. Meta game – Mother Base yang akan senantiasa
membuat Anda sibuk, Quiet yang secara kepribadian dan desain visual
menarik, dan desain misi yang adiktif akan memastikan Anda menghabiskan
waktu ratusan jam dengan game yang satu ini. Apalagi, Anda juga bisa
ditemani dengan begitu banyak musik klasik lewat kaset-kaset yang
tersebar, termasuk beberapa track original untuk seri ini yang
fantastis.
Walaupun demikian, MGS V: TPP bukanlah sebuah seri yang sempurna.
Kojima terasa seperti belum mengeluarkan potensi game ini secara
maksimal, apalagi melihat apa yang sebenarnya bisa ia capai lagi jika ia
punya waktu lebih banyak. Selain beberapa keluhan kami di atas, ada dua
catatan ekstra lain yang pantas diperhatikan. Pertama, adalah animasi
gerak menyebalkan yang membuat Snake terkadang tidak bisa memanjat batu
kecil sekalipun yang terasa sangat licin. Sangat menyebalkan ketika Anda
berlari kencang hendak mencapai tempat lebih tinggi, namun harus
terhenti dan jatuh kembali hanya karena menemukan satu buah batu kecil,
yang entah karena alasan apa, tidak bisa dilalui dan dipanjat Snake
begitu saja. Catatan ekstra kedua? Untuk menyebut game ini sebagai
“jembatan cerita yang selama ini hilang”, Phantom Pain gagal
melaksanakan tugas tersebut. Mengapa? Karena pertanyaan besar yang
mengitari benak sebagian penggemar franchise ini, terutama alasan
mengapa Big Boss menjadi “penjahat” di franchise ini masih belum
terjawab total.
Terlepas dari semua itu, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain adalah
sebuah produk final yang menawan. Ia mungkin memuat beberapa kekurangan
yang fatal, namun tidak lantas membuatnya jatuh ke level sebuah game
action standar. MGS V: TPP tetaplah sebuah proyek game stealth open
world yang fantastis, luar biasa, dan sangat pantas untuk dimiliki dan
dijajal – terlepas dari apakah Anda termasuk pengikut seri Metal Gear
Solid sebelumnya ataupun tidak. Kojima sekali lagi membuktikan bahwa
tangan magisnya memang tidak akan pernah bisa tergantikan di industri
game.
Kelebihan
Kualitas Visual
Desain misi dan cerita Chapter 1 yang Luar Biasa
Quiet
Musik yang ditawarkan
Mother-Base
Kebebasan menentukan solusi untuk setiap tantangan yang ada
Humor yang masih terjaga
Momen-momen emosional
Kekurangan
Hah?
Microtransactions
Batu kecil licin yang tidak bisa dipanjat
Desain misi di Chapter 2 yang meh
Teknologi yang juga dipertanyakan
Boss Fight yang terlalu biasa
Konklusi cerita yang tidak terasa seperti “jembatan” yang kita harapkan
Cocok untuk gamer: pencinta game stealth / action, pengikut franchise Metal Gear Solid sejak awal Tidak cocok untuk gamer: yang mudah frustrasi, mudah merasa bosan dengan konten misi yang repetitif
0 komentar:
Posting Komentar