Masih ingatkah anda saat pertama kali bermain video game? Anda cukup
beruntung jika masih bisa mengingat hal tersebut. Terus terang, saya
sendiri tak bisa mengingat dengan jelas video game pertama yang saya
mainkan. Nah, di artikel ini, saya ingin sedikit berbagi tentang
pengalaman saya di dunia game, mulai dari game pertama yang saya
mainkan, game pertama yang saya beli, game paling mengharukan, hingga
akhirnya memutuskan untuk aktif menulis blog tentang game.
Saya harap, artikel dari saya ini mampu membuat anda mengenang masa-masa
indah bersama video game favorit. Pastikan juga untuk meninggalkan
komentar di bawah artikel ini jika anda ingin berbagi tentang kisah
sejenis.
Video game yang pertama kali saya beli
Game pertama yang saya beli adalah sebuah "gamewatch" peperangan yang
mengandalkan dua batu baterai A4 sebagai sumber energi. Game ini saya
beli di pertengahan tahun 1990-an, saat saya baru saja masuk SD.
Permainan ini memiliki genre tower defense, di mana anda harus menembak
tentara musuh sebelum mereka mencapai benteng. Di sini, pemain hanya
mengendalikan satu orang tokoh yang menyerupai sosok Rambo. Setiap kali
menembak satu musuh, pemain akan mendapatkan satu poin. Setiap seratus
poin, pemain akan naik ke level selanjutnya. Makin tinggi level, makin
cepat pula pergerakan tentara lawan menuju benteng pemain. Skor maksimal
yang bisa didapatkan adalah 999, dan jika melebihi skor ini, maka
pemain akan secara otomatis mengulang lagi ke level satu, dari skor 000.
Game pertama yang saya selesaikan
Setelah membeli game watch peperangan tersebut, saya mulai jatuh cinta
pada dunia video game. Walaupun begitu, saat itu saya masih menganggap
video game hanya sekedar hiburan. Saya menikmati saat-saat numpang
bermain Nintendo di rumah saudara atau keluarga, namun tidak pernah
memiliki keinginan untuk memiliki Nintendo karena saya merasa game-game
di dalamnya hanya sekedar permainan ketangkasan tangan.
Saya benar-benar tertarik pada dunia game ketika duduk di kelas 5 atau 6
SD, saat di mana PlayStation sedang sangat populer. Game-game yang
tersedia untuk konsol PlayStation benar-benar digarap dengan sangat
detail dan bagus. Tak hanya sekedar mengutamakan keasyikan, namun ada
pula elemen-elemen seni yang disisipkan di dalamnya. Desain karakter,
jalan cerita, musik, penggalan-penggalan film tiga dimensi; semua hal
itu membuat game-game di PlayStation seolah-olah menjadi sebuah dunia
tersendiri yang sangat asyik untuk dijelajahi.
Game "serius" pertama yang saya selesaikan adalah Final Fantasy IX. Saya
merasa permainan ini akan terus membekas dalam kenangan. Saya masih
ingat kekaguman saat melihat FMV video yang begitu realistis dan musik
di main menu yang sangat sejuk di telinga. Saat memainkannya, saya juga
merasa benar-benar masuk ke dalam diri sang karakter utama dan tidak
hanya sekedar mengendalikannya dengan sebuah joystick. Dengan
pengetahuan bahasa Inggris yang masih pas-pasan dan keterbatasan
informasi (saat itu, saya belum mengenal istilah cheat dan walkthrough
yang bisa dengan mudah ditemukan di internet), saya berhasil menamatkan
Final Fantasy IX dalam waktu kurang lebih 60 jam. Saya menghabiskan
seluruh masa-masa liburan sekolah untuk memainkan game ini, berkali-kali
mengalami frustrasi karena tidak bisa mengalahkan boss atau memecahkan
puzzle, namun sama sekali tidak bisa berhenti untuk memainkannya. Saking
semangatnya, saya bahkan sering bangun jam tiga pagi, menyelinap
diam-diam saat orangtua saya masih tidur, dan mencoba menamatkan Final
Fantasy IX. Momen ketika akhirnya saya berhasil mengalahkan boss
terakhir dan mendengarkan lagu "Melodies of Life" yang diputar di credit
screen membuat saya merasa benar-benar puas sekaligus terharu.
Sejak menyelesaikan Final Fantasy IX ini, saya mulai sadar bahwa video
game adalah sebuah ciptaan manusia yang luar biasa. Produk ini layak
disejajarkan dengan karya-karya lain yang dianggap sebagai sebuah seni,
seperti film dan musik. Video game bukan hanya sekedar sarana hiburan,
namun juga merupakan hasil budaya yang harus diapresiasi dan tidak
sekedar dijadikan kambing hitam perilaku negatif sehari-hari.
Setelah momen yang dramatis bersama Final Fantasy IX, saya juga kembali
menemukan momen-momen yang berkesan dalam beberapa game lainnya. Saya
masih ingat jelas bagian pembuka dari game Harvest Moon: Back to Nature,
di mana sang tokoh utama melakukan flashback saat ia bertemu
dengan seorang gadis desa dan bernyanyi bersama di atas bukit. Setelah
menyelesaikan game ini, kita bisa mengetahui bahwa ternyata gadis
tersebut tak lain adalah istri yang dinikahi sang tokoh utama. Momen ini
juga membuat saya merasa sangat tersentuh.
Saya juga sangat terharu ketika memainkan dua game RPG, Suikoden 2 dan Legend of Mana. Saya menamatkan kedua game ini lebih dari lima kali. Suikoden 2 memukau saya dengan banyaknya karakter yang bisa direkrut dan kemampuan untuk mengembangkan kastil anda. Selain itu, desain karakter dan jalan ceritanya benar-benar luar biasa. Video game ini membuka mata saya bahwa kualitas gameplay bisa dikesampingkan apabila sebuah game memiliki jalan cerita yang benar-benar bagus.
Bagi saya, Legend of Mana lebih dari sekedar game. Walaupun banyak yang
memberikan kritik tentang gameplay yang terkesan kurang bagus, saya
merasa setiap elemen di game ini benar-benar sempurna. Anda bisa
menentukan sendiri jalan cerita yang akan diambil, membangun dunia anda,
dan memainkan puluhan mini game yang mengasyikkan, mulai dari berkebun,
membuat senjata, hingga merawat monster. Momen-momen dalam skenario
utama juga sangat mengharukan, dan saya masih ingat saya benar-benar
meneteskan air mata saat mengetahui akhir cerita dari game ini yang
begitu indah.
Setelah Final Fantasy IX, Legend of Mana, dan Suikoden 2; saya mulai
menjadi lebih dari sekedar gamer. Saya mencoba menulis artikel dan aktif
berpartisipasi di berbagai forum game internasional. Aktivitas ini
terus berlangsung hingga akhir tahun 2013 lalu, di mana saya pada
akhirnya memutuskan untuk merilis blog Wikugame.
Dalam proses pembuatan game ini, saya benar-benar terinspirasi oleh dua
game: Bioshock Infinite dan The Walking Dead (versi Telltale). Kedua
game ini benar-benar mengharukan dan memiliki kualitas yang sangat
bagus. Saya memainkan kedua game tersebut berulang-ulang, hingga
akhirnya memutuskan untuk merilis Wikugame sebagai media yang saya
harapkan mampu memberikan persepsi baru tentang video game di Indonesia.
Nah, itu tadi adalah cerita dan pengalaman saya. Bagaimana dengan anda?
0 komentar:
Posting Komentar