Single Player dan Multiplayer adalah dua buah mode yang secara
konsisten berjalan beriringan, hampir di sebagian besar game yang
dirilis di industri game saat ini. Single player seringkali menjadi
fokus, sebuah pintu gerbang utama bagi game-game untuk tampil optimal
dan menawarkan pengalaman yang memang diinginkan oleh sang developer.
Sementara multiplayer menjadi opsi tambahan untuk memperpanjang masa
hidup sang game sendiri, sekaligus mengakomodasi kebutuhan untuk
mencicipi pengalaman ini bersama gamer-gamer lain di seluruh dunia.
Namun, konsep ini justru berbalik di franchise FPS andalan EA dan DICE –
Battlefield. Game yang satu ini memang selalu dikenal karena kemampuan
untuk menghasilkan pengalaman multiplayer yang luar biasa. Sesuatu yang
diakui oleh pihak DICE sendiri.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah
memiliki sedikit gambaran akan apa yang ditawarkan oleh sang seri
terbaru – Battlefield 4. Hype yang sudah terbentuk jauh sebelum game ini
dirilis memang menghasilkan ekspektasi tersendiri, apalagi di mode
multiplayer yang kini hadir dengan segudang fitur. Namun lupakan
terlebih dahulu kekuatan utama Battlefield tersebut. Menjadi hal yang
menarik untuk melihat perubahan seperti apa yang akan mereka suntikkan
di mode single player, setidaknya untuk memastikan diri mampu bersaing
dengan sang kompetitor – Call of Duty yang memang harus diakui begitu
memesona di mode yang satu ini. Potensi ini kian terbuka lewat kehadiran
Frostbite Engine 3.0 sebagai standar posisi next-gen mereka.
Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode single player
Battlefield 4 ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game FPS yang
hambar?
Plot
Anda akan berperan sebagai Sgt. Recker, anggota pasukan khusus “Tombstone”, bersama Dunn, Irish, dan Pac.
MURICA! Formula cerita yang satu ini tampaknya masih menjadi pondasi
cerita yang paling relevan untuk digunakan oleh sebagian besar game FPS
ini. Sebagai negara superpower, Amerika selalu diposisikan terdesak dan
kemudian lewat sepak terjang sekelompok kecil pasukan elit yang bergerak
rahasia, Amerika mampu mengembalikan kembali kekuatannya dan
membalikkan keadaan. Jalur cerita klise yang juga diterapkan oleh DICE
di Battlefield 4.
Anda akan berperan sebagai Sersan Daniel Recker “Reck”, seorang
prajurit yang tergabung dalam Tombstone – pasukan khusus yang cukup
disegani bersama dengan Sgt. William Dunn, “Irish” Graves, dan “Pac”
Pakowski. Keempat serangkai ini menjalani misi khusus ke negara
superpower tandingan – China yang saat ini tengah berada di ujung perang
saudara. Setelah berhasil menjalankan demokrasi, negara terbesar di
dunia ternyata harus berhadapan dengan kudeta dari Admiral Chang. Di
tengah kekacauan seperti inilah, Tombstone diminta untuk masuk ke China
dan menyelamatkan tiga orang VIP dari Shanghai: Kovic, Hannah, dan suami
Hannah.
Misi awalnya mungkin terdengar sederhana. Melakukan infilitrasi ke
China, menjemput tiga orang VIP utama, dan keluar dari Shanghai. Semua
ini dilakukan di tengah kekacauan kudeta yang tengah dilakukan oleh
Admiral Chang
Masalah muncul setelah Irish terlalu bergumul dengan hati nuraninya dan
memaksa untuk mengambil lebih banyak pengungsi dari China. Perjalanan
kecil menuju Valkyrie, kapal basis operasi mereka ini justru
menghasilkan masalah tersendiri.
Berada di daerah musuh, harapan satu-satunya Valkyrie adalah bergabung
dengan kapal induk – U.S.S Titan. Yang ternyata, sudah hancur
berantakan.
Namun perjalanan ini justru kian sulit setelah hati nurani Irish
justru berbuntut masalah. Tidak ingin hanya menyelamatkan tiga orang VIP
ini, Irish memaksa untuk membawa semua pengungsi dari China ke kapal
perang Valkyrie, basis operasi mereka. Hal ini justru mendorong militer
China yang kini berada di bawah kekuasaan Chang untuk mengejar dan
mengancam eksistensi Valkyrie yang krusial dalam misi infiltrasi ini.
Valkyrie sendiri berusaha bergabung dan menyelamatkan diri ke kapal
induk U.S.S Titan, namun menemukan bahwa kapal ini sudah hancur
berantakan. Di bawah komando Garrison, opsi terbaik saat ini adalah
mengambil tindak offensif dan menghancurkan China di basis pertahanan
utama mereka – Singapura. Namun apa yang mereka temukan? Russia ternyata
menjadi negara kedua yang berdiri di belakang Chang. Kolaborasi kedua
negara ini menaburkan ketakutan yang jauh lebih mengancam untuk Amerika
Serikat. Berusaha menyerang markas China di Singapura, Tombstone justru menemukan fakta yang lebih mengejutkan. Fakta mengejutkan, Russia ternyata juga ternyata berperan di balik perang raksasa ini. Mampukah Tombstone berperan besar dalam konflik ini? Apa kepentingan Russia? Siapa ketiga VIP yang diselamatkan oleh Tombstone?
Mampukah Tombstone melakukan keajaibannya? Apa motif Russia yang
melindungi Chang? Siapa sebenarnya sosok ketiga VIP yang diselamatkan
oleh Tombstone di China? Semua jawaban dari pertanyaan ini akan bisa
Anda dapatkan dengan memainkan mode single player Battlefield 4 ini.
The Power of Frostbite Engine 3.0
The power of Frostbite Engine 3.0!
Mengecewakan, ini mungkin reaksi sebagian besar gamer yang mencicipi
mode single player Battlefield 3, satu seri sebelumnya. Apa pasal?
Terlepas dari pesona Frostbite Engine 2.0 ketika pertama kali
diperkenalkan, DICE memang seolah berfokus menjual mode single player,
dimana Anda bisa melihat begitu banyak kehancuran yang diklaim bisa
dilakukan. Terlepas dari pemenuhan janji tersebut di mode multiplayer,
hal ini justru terlewatkan dari mode single player yang ada. Kehancuran
bersifat scripted, tanpa ada kesempatan untuk memanfaatkan fitur ini
untuk mode campaign yang Anda jalani. Untung saja, DICE sedikit berbenah
di Battlefield 4.
Secara garis besar, hampir tidak ada yang berbeda di mode single
player Battlefield 4. Seperti FPS military shooter pada umumnya, Anda
jatuh pada mekanik yang sama. Menembak, membunuh setiap musuh yang Anda
hadapi, bergerak ke titik tujuan, memicu cut-scene, dan tentu saja –
berusaha bertahan hidup. Mekanik klise yang bisa Anda dapatkan di hampir
semua game FPS saat ini. Lantas apa yang membuat Battlefield 4
berbeda? Anda kini punya opsi untuk meminta kedua anggota tim Anda menyerang target tertentu.
Sayangnya, ini seringkali berujung pada AI teman yang justru terlihat
lemah. Mereka tidak adaptif pada pergerakan musuh yang cepat. Hasilnya?
Anda yang menjadi tumbal.
Beberapa inovasi seperti kesempatan untuk meminta AI tim Anda untuk
berfokus pada target yang Anda tentukan tentu saja menjadi tambahan yang
manis. Namun sayangnya menghasilkan kelemahan yang lebih fatal. AI
teman Anda justru tidak adaptif pada tata letak musuh. Hasilnya? Tidak
jarang Anda justru harus tewas mengikuti pergerakan AI teman Anda ini,
ketika mereka sama sekali tidak peduli dengan musuh yang bersembunyi di
tepi ruangan, misalnya. Musuh sama yang akhirnya mencabut nyawa Anda.
Sementara di sisi lain, AI musuh dipermak dengan cukup baik untuk
menghadirkan tantangan ekstra bagi sepak terjang Anda.
Namun jika harus diakui, maka satu-satunya kekuatan Battlefield 4
sungguh hanya pada penerapan engine next-gen teranyar DICE – Frostbite
Engine 3.0 yang luar biasa di dalamnya. Kita tidak hanya membicarakan
visualisasi yang luar biasa dan optimal untuk sebuah proyek generasi
terbaru, namun fakta bahwa ia menjadi penyembuh bagi keinginan para
gamer yang ingin merasakan keindahan kehancuran total yang bisa
dihasilkan dari engine ini. Anda bisa menghancurkan sebagian besar
struktur bangunan yang ada untuk meraih keuntungan strategis, apalagi
ketika Anda dihadapkan pada skenario map yang memang lebih open-world.
Menggunakan senjata peledak untuk menciptakan jalan Anda sendiri kini
dimungkinkan, apalagi ketika Anda menggunakan kendaraan berat untuk
membuka benteng pertahanan para prajurit musuh. Ini adalah pemenuhan
janji untuk apa yang sempat mereka klaim mampu hadir di mode SP
Battlefield 3 yang lalu.
Setelah kekecewaan di BF 3, single player BF 4 menawarkan lebih banyak
elemen yang bisa dihancurkan. Ini tentu saja akan membantu menempuh
strategi pertempuran tersendiri, apalagi ketika dihadapkan di map dengan
cita rasa open-world yang kental.
Kemampuan engine next-gen ini terlihat jelas dari representasi ledakan
terbaik yang pernah kami temukan. Efeknya begitu dramatis dan memanjakan
mata. Wow!
Dari sisi visual, DICE memang menghasilkan begitu banyak efek pantas
untuk diacungi jempol, bahkan tidak mungkin menjadi standar tersendiri
untuk lebih banyak game FPS next-gen di masa depan. Salah satu yang
kentara adalah efek visual ledakan yang luar biasa. Anda seolah bisa
merasakan tekanan angin yang menyebar cepat di layar monitor Anda
sembari melihat gumpalan api yang membulat indah di angkasa. Menjadi
salah satu representasi efek visual ledakan terbaik yang pernah kami
temui di sederetan game yang pernah kami mainkan. Setiap senjata akan menghasilkan recoil unik sendiri yang harus Anda kuasai.
Atmosfer pertempuran terbuka ini juga kian disempurnakan, tidak hanya
dari sisi visual, tetapi juga tingkat kesulitan yang mungkin akan
membuat banyak gamer FPS generic berteriak kesulitan. Recoil senjata
yang dipadukan dengan tingkat kesulitan AI musuh yang cukup cerdas akan
membuat Anda frustrasi, apalagi ketika harus berhadapan dengan segudang
musuh yang secara aktif bergerak. Tidak bisa sekedar menembakkan peluru
membabi buta dan berharap membunuh setiap musuh dengan mudah. Setiap
senjata membutuhkan perlakuan yang berbeda dan tingkat presisi yang
tinggi sebelum ditembakkan. Recoil akan bergerak menggila jika Anda
tidak hati-hati dan justru akan menjadi bumerang mematikan bagi diri
Anda sendiri. Pilihlah senjata yang paling nyaman untuk Anda, adaptif
pada situasi map, dan sabar akan menjadi kunci untuk menyelesaikan mode
single player Battlefield 4.
Lantas, Mengapa Hambar?
Jika di sisi visual ia begitu memesona, mengapa kami menyebut Battlefield 4 begitu hambar?
Jika kami begitu memuji kemampuan Frostbite Engine 3.0 untuk
membuktikan diri sebagai engine next-gen yang luar biasa, lantas mengapa
kami menyebut mode SP Battlefield 4 sebagai sesuatu yang hambar? Karena
pada dasarnya, DICE berhasil membangun begitu banyak hal yang memesona
di sisi teknis, namun gagal pada eksekusi elemen yang seharusnya menjadi
nilai jual utama sebuah mode single player: cerita dan pengalaman yang
menggugah.
Jika kita membicarakan mengapa Call of Duty begitu luar biasa di mode
ini? Karena ada begitu banyak elemen yang berhasil membangun momen
“Wow!” dan “Holy f*#$” selama Anda memainkan mode single player ini. Ada
begitu banyak kejutan, ada begitu banyak variasi pertempuran yang harus
Anda jalani, dan ada begitu banyak adegan sinematik yang akan membuat
rahang. Hal inilah yang kembali gagal dieksekusi dengan manis oleh DICE,
terlepas dari engine Frostbite 3.0-nya yang sakti mandraguna. Mereka
seolah kurang mampu menciptakan bumbu yang tepat untuk menghasilkan
pengalaman menggugah yang tidak akan mudah Anda lupakan. Salah satu yang cukup disayangkan adalah ketidakmampuan DICE untuk meramu pengalaman single player yang menggugah. Pertukaran percakapan yang terasa garing dengan dialog seperti film Hollywood kelas rendahan membuat mode ini tidak menarik.
Salah satu contoh yang kentara? Karakter. Voice acts yang lemah,
jalinan dialog yang begitu garing dan klise seperti film Hollywood kelas
C, hingga desain karakternya sendiri menjadi catatan tersendiri di
level permukaan. Walaupun berusaha tampil hidup, interaksi yang muncul
dari karakter Hannah dan Irish misalnya, seperti tengah membaca sebuah
buku teks dialog tanpa emosi sama sekali. Datar dan tidak bermakna. DICE
juga kurang memuat variasi permainan di dalam Battlefield 4 ini. Anda
hanya bergerak ke area baru, cut-scene, pertempuran darat, cut-scene,
bertempur kembali, cut-scene, bertempur kembali, dan seterusnya.
Terlepas dari perbedaan terrain yang dihadirkan, konsep seperti ini akan
mudah terasa repititif. Menambahkan tembak-tembakan di laut? Tidak
banyak membantu. Tidak ada formula baru atau invoasi di sisi sinematik yan g akan membuat Anda terpukau. Di situlah letak kelemahan yang ada.
Sangat dimaklumi memang mengingat keinginan DICE untuk
merepresentasikan kondisi perang nyata dan bertolak belakang dengan apa
yang berusaha dihadirkan COD yang selama ini memang begitu bombastis.
Namun formula seperti ini justru mencederai kondisi single player
Battlefield 4 sendiri. Mereka harus menciptakan skenario, cerita, dan
dramatisasi yang jauh lebih baik dibandingkan apa yang mereka tawarkan
saat ini. Mereka sudah punya teknologi untuk mewujudkan hal tersebut,
mereka juga punya basis fans yang akan setia menantikan inovasi, dan
mereka punya media yang kuat. Ada misi suci yang harus diemban DICE,
memastikan Battlefield tidak hanya dikenal karena kekuatan multiplayer
yang ia tawarkan di masa depan. And they are getting there..
Kesimpulan
Lantas, apakah mode single player Battlefield 4 pantas untuk menyita
waktu Anda? Jika Anda mencari sebuah game FPS yang kuat di sisi cerita
dan menawarkan pengalaman yang benar-benar menggugah dan mencuri rasa
kagum dari Anda? Sepertinya tidak.
Terlepas dari kemampuan DICE untuk menawarkan begitu banyak inovasi
di sisi teknis, mode single player Battlefield 4 masih belum mampu
menghadirkan kualitas yang mampu berkompetisi dengan franchise tetangga.
Terlepas begitu banyak inovasi di mekanik gameplay, dunia yang lebih
open-world, dan tentu saja efek visual yang memanjakan mata, DICE gagal
melampirkan pengalaman yang benar-benar menggugah di seri yang satu ini.
Masalah ini terasa kentara lewat kegagalan menawarkan karakter, voice
acts, variasi gameplay, hingga beragam cut-scene sinematik yang
menggugah. Anda justru akan terpaku pada gameplay monoton, dimana Anda
akan lebih banyak bertempur melawan varian musuh yang sama secara
terus-menerus, selama chapter utama yang ditawarkan. Keputusan untuk
mempertahankan sistem recoil yang realistis menjadi ekstra nilai jual
yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Ada begitu banyak masalah yang pantas untuk dicatat dari mode SP
Battlefield 4, terlepas dari kegagalan menciptakan pengalaman menggugah.
Plot yang kembali klise menjadi catatan tersendiri, apalagi dipadukan
dengan karakter-karakter yang tidak akan meninggalkan kesan yang kuat
untuk memori Anda. Di sisi gameplay, fakta bahwa dua karakter AI yang
menemani perjalanan Anda tidak cukup adaptif untuk mencari dan
menundukkan setiap musuh yang ada menjadi catatan kelemahan tersendiri.
Walaupun Anda diberikan komando manual untuk melakukan hal tersebut,
namun AI teman yang sebanding dengan AI musuh yang pintar mungkin akan
membuatnya terlihat lebih menarik. Tidak jarang Anda akan mati karena
keteledoran ini.
Lantas, apakah mode single player Battlefield 4 pantas untuk menyita
waktu Anda? Jika Anda mencari sebuah game FPS yang kuat di sisi cerita
dan menawarkan pengalaman yang benar-benar menggugah dan mencuri rasa
kagum dari Anda? Sepertinya tidak. Namun jika Anda gamer PC yang
penasaran melihat bagaimana Frostbite Engine 3.0 merepresentasikan
visualisasi next-gen di masa depan, maka Battlefield 4 menjalankan tugas
tersebut dengan sangat baik. Apalagi dengan semua efek cuaca, ledakan,
dan cahaya yang mengitari sepanjang permainan single player Anda. Hanya
karena alasan itulah, Anda pantas menjajal Battlefield 4 single player
ini.
Kelebihan
Frostbite Engine 3.0 yang terlihat luar biasa!
Frostbite Engine 3.0 yang terlihat fantastis
Lebih banyak elemen yang bisa dihancurkan di single player
Efek ledakan next-gen yang memesona
Recoil senjata yang realistis
AI musuh yang menantang
Kelemahan
Tidak ada dramatisasi yang cukup untuk membuat Anda terpukau. Semua cut-scene ini seolah sudah pernah Anda cicipi sebelumnya.
Plot yang klise dan terkesan buru-buru
Karakter yang tidak kuat
Voice acts yang datar
AI teman yang tidak adaptif di medan pertempuran
Cocok untuk: gamer PC yang memiliki rig kuat untuk memainkannya di setting optimal, penggemar military shooter penuh kehancuran Tidak cocok untuk: gamer konsol current-gen, gamer yang membutuhkan game FPS dengan cerita dan dramatisasi yang kuat
0 komentar:
Posting Komentar