Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
“Call of Duty? Lagi? Meh.”, reaksi yang satu ini memang harus diakui,
selalu mengemuka dari mulut banyak gamer setiap kali Activision
memperkenalkan seri terbaru Call of Duty ke pasaran. Kritik bahwa
Activision terlalu mengeksploitasi franchise yang satu ini secara
berlebihan memang menjadi pemandangan umum yang selalu terjadi setiap
tahun, dan Activision tidak pernah terlihat ambil pusing. Mengapa?
Karena terlepas dari reaksi negatif yang ada, performa penjualan selalu
berkata lain. Call of Duty, terlepas apapun serinya, selalu menjadi
ladang uang gemuk yang kian mengukuhkan posisi Activision sebagai
publisher raksasa yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Walaupun
demikian, bukan berarti mereka tidak berbenah diri. Untuk menjaga status
dan kualitas Call of Duty sebagai franchise tahunan, Activision kini
menunjuk tiga developer berbeda dengan sistem siklus untuk menciptakan
inovasi yang memang mutlak dibutuhkan. Salah satu contoh pertama dari
sistem ini adalah proyek teranyar dari Sledgehammer Games – Call of
Duty: Advanced Warfare.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah
punya sedikit gambaran soal nilai jual seperti apa yang ditawarkan oleh
seri terbaru yang satu ini. Disebut-sebut sebagai proyek perdana yang
memang dimaksimalkan untuk platform generasi terbaru dan PC, COD –
Advanced Warfare memang hadir dengan kualitas visualisasi yang jauh
lebih mumpuni dibandingkan seri sebelumnya, namun sayangnya, tidak
dengan kualitas yang hadir sejajar dengan game lain yang mengusung
status yang sama. Tema perang futuristik yang ia usung memang melahirkan
penerapan banyak mekanisme baru, terutama dari penggunaan armor
Exoskeleton yang memungkinkan karakter untuk melakukan beragam aksi di
luar manusia pada umumnya. Mode multiplayer dan kooperatif juga
ditawarkan di seri terbaru yang satu ini.
Lantas apa yang sebenarnya ditawarkan oleh COD – Advanced Warfare
ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah perang tahunan yang tetap
seru? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Perang skala global yang bombastis masih menjadi setting utama seri terbaru COD teranyar ini.
Bukan Call of Duty namanya jika ia tidak mampu memuat jalinan cerita
yang dramatis dan epik ala film Hollywood, yang selalu melibatkan
konflik dalam skala dunia yang menyeramkan. Usaha untuk menghidupkan
kekacauan, mengibarkan bendera ideologi secara paksa, hingga konspirasi
tingkat tinggi untuk mendapatkan kekuasaan yang mutlak menjadi
pemandangan yang umum dari franchise andalan Activision yang satu ini.
Hal sama yang juga Anda temukan di Call of Duty: Advanced Warfare. Anda akan berperan sebagai Jack Mitchell – seorang Marines yang diperankan oleh voice actor ternama – Troy Baker. Di tengah perang melawan Korea Utara, MItchell harus kehilangan sahabat karib dan tangan kirinya.
Anda akan berperan sebagai seorang Marine bernama Jack Mitchell yang
tengah berjuang menangkal invasi Korea Utara dengan persenjataan
modernnya ke Korea Selatan. Bersama dengan sang sahabat karib – Will
Irons dan petingginya – Cormack, Mitchell ternyata harus berhadapan
dengan tragedi terbesarnya. Di tengah sebuah situasi genting yang sangat
menentukan arah jalannya pertempuran, Will Irons meregang nyawa bersama
dengan Mitchell yang terhempas jauh karena ledakan yang ada. Mitchell
selamat, namun ia harus kehilangan tangan kirinya.
Kondisi cacat tentu saja membuat Mitchell tidak bisa lagi berfungsi
maksimal sebagai seorang Marines. Di tengah pemakaman sang sahabat, ia
didekati oleh ayah Will Irons – Jonathan Irons yang mengepalai sebuah
organisasi militer swasta bernama Atlas. Mengetahui karirnya yang sudah
berakhir, Irons mengajak Mitchell masuk sebagai anggota Atlas – dengan
iming-iming sebuah tangan buatan robotik yang akan membuatnya kembali
berfungsi sebagai seorang manusia normal. Irons ingin memastikan sahabat
sang anak ini bisa memaksimalkan potensinya sebagai seorang prajurit.
Adalah Jonathan Irons – ayah dari sahabat Mitchell – Will Irons yang
memberikannya kesempatan kedua untuk beraksi kembali. Mendapatkan sebuah
tangan robot baru, Mitchell kini bernaung di bawah bendera Atlas –
sebuah perusahaan militer swasta.
Kondisi geopolitik dunia pun berubah. Kini sebuah ancaman kelompok
teroris bernama – KVA menjadi prioritas utama untuk ditundukkan.
Di bawah sang pemimpin gila bernama Hades, KVA punya misi untuk
memundurkan peradaban manusia – menghilangkan ketergantungan besar pada
teknologi.
Di tengah usahanya untuk berjuang maksimal di Atlas, dunia kini
berhadapan dengan ancaman baru yang tidak kalah mengkhawatirkan – sebuah
organisasi teroris tanpa ampun bernama KVA yang dipimpin oleh seorang
bernama Hades. Misi Hades sendiri terdengar sangat gila dan tidak masuk
akal, untuk menghentikan ketergantungan manusia pada teknologi, atau
secara sederhana – menghancurkan peradaban dunia yang sudah begitu maju.
Serangan demi serangan yang dilakukan oleh KVA akhirnya memaksa Atlas
untuk tidak tinggal diam. Di bawah perintah Irons, Mitchell dan sang
teman baru – Gideon terlibat dalam aksi untuk berburu Hades dan
menghancurkan KVA. Sayangnya, rencana KVA ternyata sudah tidak lagi bisa
dibendung. Mereka berhasil menghancurkan puluhan reaktor nuklir di
seluruh dunia dan membawa banyak negara besar berhadapan dengan
kekacauan yang luar biasa.
Sayangnya aksi ini cukup terlambat. Hades berhasil menghancurkan
reaktor nuklir di berbagai belahan dunia dan melahirkan tragedi global.
Di tengah kepanikan inilah, Atlas muncul sebagai organisasi penyelamat
di bawah pimpinan Irons. Menciptakan stabilitas global, menyalurkan
bantuan obat-obatan – teknologi – pangan, dan mendapatkan kepercayaan
militer secara global.
Di tengah kebingungan dan rasa panik inilah, Atlas muncul sebagai
penyelamat. Dengan teknologi canggih yang mereka miliki, bahkan
melampaui teknologi militer yang dimiliki oleh pemerintahan raksasa
seperti Amerika Serikat, Atlas menjadi “payung pelindung” dunia. Tidak
hanya mendestribusikan layanan kesehatan secara terpadu untuk membantu
mereka yang tercemar radiasi nuklir, Atlas juga berusaha membangun
kembali peradaban yang sempat luluh lantak dan tentu saja – menyeret
Hades ke akhir hidupnya. Semuanya di bawah bendera perusahaan militer
swasta tersebut, mendorong Jonathan Irons sebagai manusia paling
berkuasa di dunia dengan kemampuan militer dunia yang tiada dua. Namun
seperti halnya kata pepatah, pria selalu berubah dan tunduk akan tiga
hal: harta, tahta, dan wanita, dan Irons pun tidak luput dari kelemahan
yang satu ini.
Lantas, bagaimana sepak terjang Atlas setelah tragedi nuklir tersebut?
Motif apa yang sebenarnya mendorong Jonathan Irons untuk “menyelamatkan”
dunia?
Lantas, bagaimana sepak terjang Atlas setelah tragedi nuklir
tersebut? Motif apa yang sebenarnya mendorong Jonathan Irons untuk
“menyelamatkan” dunia? Aksi seperti apa yang harus dilalui oleh
Mitchell, Gideon, dan kawan-kawannya? Semua jawaban dari pertanyaan ini
tentu saja bisa Anda temukan dengan memainkan COD – Advanced Warfare
ini.
Kekuatan Call of Duty yang Tak Terbantahkan!
Mode single player selalu menjadi kekuatan tersendiri untuk franchise
andalan Activision ini. Tidak terkecuali di COD – Advanced Warfare.
Kekuatan utama Call of Duty ada pada kemampuan mode single playernya
yang luar biasa, sebagian besar gamer yang familiar dengan franchise ini
tentu akan setuju dengan pernyataan yang satu ini. Alih-alih sekedar
menawarkan sebuah game FPS yang meminta Anda untuk menembak semua musuh
yang Anda temui, Activision selalu berhasil meramu pengalaman bermain
tersebut menjadi sesuatu yang jauh lebih menarik, lebih dramatis, dan
lebih menggugah. Kekuatan utama yang tetap dipertahankan oleh
Sledgehammer Games di COD – Advanced Warfare ini. Anda yang sudah cukup
familiar dengan Call of Duty tentu sangat mengerti apa yang tengah kami
bicarakan ini.
Sepertinya halnya semua game Call of Duty yang selama ini Anda kenal,
Advanced Warfare juga tetap mengusung genre sebuah “Corridor Shooter”
yang hanya meminta Anda untuk bergerak dari titik A ke titik B,
menghabiskan semua musuh yang Anda temui, sembari memastikan diri
selamat. Semua jalan yang Anda tempuh memang sudah ditentukan
sebelumnya, tanpa ada kesempatan untuk melakukan banyak eksplorasi atau
menentukan jalan Anda sendiri. AI yang disematkan juga masih tidak
banyak berbeda seperti game-game FPS pada umumnya yang bereaksi lambat
dan lebih diposisikan sebagai sponge peluru Anda. Secara garis besar,
sensasi dramatis dan epik yang melekat kuat pada franchise ini juga
tetap menjadi kekuatan utama di Advanced Warfare. Perang yang tiba-tiba
memosisikan Anda sebagai seorang prajurit yang rentan terhadap beragam
bahaya, namun selalu menemukan cara untuk menyelamatkan diri.
Corridor Shooter – yang hanya meminta Anda bergerak dari titik A ke
titik B tanpa ada alternatif jalan dan kesempatan eksplorasi ala
seri-seri COD sebelumnya masih tetap dipertahankan di seri ini.
Tentu saja dengan ekstra dramatisasi di sana-sini yang menjadi kekuatan
utama COD. Namun kini, dengan tema futuristik yang tidak hanya sekedar
kosmetik, tetapi berpengaruh langsung pada sisi gameplay sendiri.
Dramatisasi, situasi perang epik, dan gaya kamera sinematik ala film
Hollywood juga tetap dipertahankan di seri teranyar ini. Anda masih akan
berhadapan dengan situasi perang bombastis yang memang harus diakui
berhasil, membuat Anda merasa tengah terlibat dalam sebuah pertempuran
besar yang akan mempengaruhi banyak elemen penting. Bahwa seolah nasib
keseluruhan umat manusia berada di pundak Anda dan Anda mengambil
langkah yang sangat heroic untuk menghadapi beban tersebut.
Adegan-adegan menakjubkan, penuh ledakan, dengan efek yang mungkin
secara rasional mustahil terjadi, masih terlihat di sini. Bedanya dengan
seri-seri COD sebelumnya? Anda kini akan dibawa ke dalam perang
futuristik, yang tidak hanya inovatif, tetapi juga tetap realistis di
saat yang sama. Meriam laser raksasa? Why not! Implementasi Drone untuk recon juga kian memperkuat atmosfer futuristik yang ada.
Teknologi menjadi kunci utama Sledgehammer Games untuk menawarkan
sensasi Call of Duty yang berbeda di Advanced Warfare, dan terhitung
berhasil menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Berbeda dengan Call of
Duty: Ghosts yang sekedar mengusung “tema” tanpa perubahan signifikan
di sisi gameplay, mereka berhasil mengintegrasikan tema tersebut dengan
sangat baik – terutama lewat mekanisme senjata dan armor yang ada. Anda
akan merasa bahwa Anda memang tengah terlibat dalam sebuah perang masa
depan yang epik. Railgun, scope yang mampu mengindentifikasi posisi
musuh, drone dengan senjata, jetpack, hingga meriam cahaya laser raksasa
yang mampu meluluhlantakkan kapal besar dalam hitungan detik menjadi
salah satu bukti yang nyata. Beberapa inovasi di sisi gameplay juga
disuntikkan untuk memperkuat atmosfer tersebut.
Dua teknologi masa depan yang mampu menghasilkan sedikit sensasi Call
of Duty yang berbeda adalah implementasi granat pintar sebagai senjata
dan exoskeleton yang menjadi armor utama karakter yang ada. Berbeda
dengan granat biasa yang bekerja sangat sederhana, aktifkan – lemparkan –
meledak, masa depan di mata Sledgehammer Games melahirkan sebuah granat
pintar di tangan Anda. Tidak hanya bisa mengubah fungsinya secara
real-time sebelum dilempar – apakah Anda ingin fungsi frag, flash, atau
EMP – sesuai situasi yang ada, granat pintar ini juga akan bergerak
mengejar dan bukan sekedar diam dilempar, pasrah terhadap energi kinetik
yang Anda lontarkan. Fitur kedua tentu saja terletak pada si armor –
Exoskeleton yang memungkinkan Anda untuk meraih kekuatan di luar manusia
biasa. Tidak sekedar melompat tinggi atau bahkan dua kali berkat
booster yang ada, Exoskeleton ini bahkan memungkinkan Anda mengakses
beragam fungsi menarik, dari menarik sebuah tameng peluru secara instan,
stealth, berlari cepat, hingga bergerak cepat secara instan.
Salah satu visi utama Sledgehammer Games tentang perang di masa depan
terletak pada eksistensi exoskeleton yang memungkinkan para prajurit
mengakses kemampuan jauh di atas manusia biasa. Bukan masa depan namanya, jika Anda tidak punya granat pintar yang mampu mengejar targetnya sendiri.
Namun sayang seribu sayang, mode single player yang singkat tidak
bisa mengakomodasi beragam potensi yang sebenarnya bisa dihasilkan oleh
exoskeleton yang satu ini. Tidak ada kebebasan bagi Anda untuk memilih
exoskeleton seperti apa yang ingin Anda kenakan, kekuatan seperti apa
yang ingin Anda hadirkan, dan bagaimana ia akan membantu Anda menjalani
misi yang tengah Anda pilih. Semuanya berjalan sesuai dengan skenario
yang sudah ditentukan oleh Activision dan Sledgehammer sendiri. Benar
sekali, Anda tidak bisa memasang exoskeleton dengan tameng sebagai fitur
utama ketika menempuh misi berbasis stealth dan bermain layaknya
seorang koboi gagah berani. Tidak ada kesempatan pula bagi Anda untuk
memasang invisibility cloak di tengah perang terbuka, misalnya
untuk meminimalisir resiko yang bisa terjadi. Ada opsi untuk memperkuat
exoskeleton Anda lewat sistem upgrade di sebagian besar akhir misi,
namun sayangnya tidak memberikan kontribusi yang signifikan dalam
permainan. Mempermudah sebuah game yang sudah mudah (setidaknya di mode
kesulitan normal) jadi fitur yang pantas untuk dipertanyakan.
Namun sayang, tidak ada kebebasan untuk mengotak-ngatik kemampuan
exoskeleton Anda di mode single player. Ia ditetapkan sesuai cerita yang
ada.
Secara garis besar, Call of Duty – Advanced Warfare tetaplah sebuah
seri Call of Duty yang selama ini Anda kenal, dengan mekanik gameplaya
dasar yang sama tanpa kesempatan untuk melakukan eksplorasi atau
menempuh alternatif cara untuk menyelesaikan misi yang ada.
Secara garis besar, Call of Duty – Advanced Warfare tetaplah sebuah
seri Call of Duty yang selama ini Anda kenal, dengan mekanik gameplaya
dasar yang sama tanpa kesempatan untuk melakukan eksplorasi atau
menempuh alternatif cara untuk menyelesaikan misi yang ada. Identitas
unik terletak pada penerapan teknologi yang kini menyatu ke dalam
gameplay dengan peran yang cukup signifikan, dan tidak lagi sekedar
menjual “tema”. Tentu saja dengan ekstra perang epik, dramatisasi dan
pengalaman sinematik yang membuatnya disukai.
Bahu Membahu Menghadapi Tantangan yang Ada
Exo-Survival: mode kooperatif bersama dengan tiga user lainnya.
Selain menghadirkan mode single player dan multiplayer (yang akan
kita bahas di sesi selanjutnya), Call of Duty – Advanced Warfare juga
menghadirkan sebuah mode kooperatif bernama – Exo Survival. Sebuah mode
yang akan menuntut Anda dan tiga user lainnya untuk saling bahu-membahu
mengatasi tantangan yang ada. Tantangan yang tidak bisa dipandang
sebelah mata.
Seperti halnya mode-mode survival di sebagian besar game yang ada,
Anda “hanya” diminta untuk bertahan hidup selama mungkin di tengah
gempuran pasukan musuh yang muncul secara bergelombang. Musuh yang
dikenalkan oleh para AI ini memang hadir dengan standar AI single player
yang tidak bereaksi cepat, namun kini dengan akurasi tembakan yang
lebih mematikan. Hadir dalam jumlah yang masif, ketakutan lebih
dimunculkan dari kuantitas mereka dan pola gerak-gerik yang hampir sulit
diprediksi. Diminta untuk bertahan di sebuah tempat terbuka, para AI
ini bisa dengan mudah menyergap Anda dari sisi mana saja, terutama dari
celah yang mungkin tidak pernah Anda prediksi sebelumnya. Berhasil
menyelesaikan beberapa gelombang dan mode ini mulai akan memaksa Anda
untuk bergerak dan tidak hanya sekedar diam di satu titik – seperti saat
Anda dipaksa untuk mencari dan mematikan bomb yang ada misalnya.
Anda harus bertahan hidup dari gelombang musuh yang hadir lebih akurasi
tembakan mematikan dengan jumlah banyak yang bisa mengepung Anda dari
berbagai sudut. Good luck on that! Sebelum Anda memulai permainan, Anda akan diminta untuk memilih kelas Exo yang ada terlebih dahulu. Kesempatan untuk memperkuat efektivitas senjata juga ditawarkan di mode ini.
Sebelum Anda memulai permainan, Anda akan diminta untuk memilih satu
di antara kelas Exo yang ditawarkan, yang tentu saja disesuaikan dengan
gaya bermain yang lebih nyaman untuk Anda sendiri. Exo Light hadir
dengan perlengkapan senjata yang lebih lemah dan daya tahan peluru yang
lebih rendah, namun mengusung kemampuan boost exoskeleton yang maksimal.
Ia mampu bergerak cepat tanpa ada kesulitan. Sementara di sisi lain,
Exo Heavy mengusung persenjataan berat yang mampu memusnahkan banyak
musuh dalam waktu singkat, namun sulit untuk bergerak. Seperti halnya
mode multiplayer, Anda juga bisa mengumpulkan dan mendapatkan perk yang
bisa digunakan kapanpun Anda butuhkan. Di masa rehat setiap gelombang,
Anda juga bisa memperkuat senjata yang Anda gunakan dengan menggunakan
point yang berhasil dikumpulkan di sepanjang Anda bertahan hidup. Percaya atau tidak, Exo-Survival bukanlah mode yang bisa Anda tundukkan dengan mudah tanpa koordinasi yang jelas.Dang it!
Terdengar sangat sederhana, namun Exo Survival bukanlah mode yang
mudah ditundukkan begitu saja tanpa kerjasama yang optimal. Dengan
begitu rentannya Anda disergap dari berbagai arah tanpa persiapan yang
memadai, apalagi dengan jumlah pasukan musuh yang begitu banyak,
kematian seolah menjadi sesuatu yang pasti jika Anda tidak bisa saling
melindungi punggung satu sama lain. Memang ada kesempatan untuk
menghidupkan kembali teman yang tengah tewas, namun sayangnya, ia justru
berpotensi untuk membuka ruang Anda untuk diserang mengingat aksi ini
akan membuat Anda tidak bisa mengakses senjata dan pergerakan kamera
dalam waktu tertentu.
Namun sayangnya, terlepas dari tema futuristik yang ia usung, mode
Exo Survival dari COD: Advanced Warfare ini terasa sangat usang dan sama
sekali tidak inovatif, apalagi jika mengingat konsep serupa sudah
ditempuh banyak kali di seri-seri COD sebelumnya.
Multiplayer Dengan Akses Vertikal Lebih Luas!
Dengan terbatasnya akses exoskeleton di mode single player, multiplayer
menjadi ajang untuk menjajal potensi tersebut secara penuh.
Format futuristik dengan ekstra senjata dan armor masa depan yang
memungkinkan karakter yang Anda gunakan untuk mencapai kemampuan di luar
batas manusia biasa memang tidak terasa terlalu kentara ketika Anda
mencicipi mode single player COD: AW. Dengan garis cerita dan equipment
yang sudah ditentukan sebelumnya, Anda tidak pernah punya ruang untuk
bereksperimen dengan segudang perlengkapan yang Anda miliki.
Satu-satunya medan pertempuran untuk menguji konsep tersebut hanyalah di
mode multiplayer yang ada. Kesempatan Anda untuk mencicipi sensasi
Advanced Warfare yang sebenarnya.
Seperti halnya game-game multiplayer FPS pada umumnya, Anda akan
dihadapkan pada segudang mode permainan untuk mengakomodasi preferensi
gamer yang berbeda. Ada mode Uplink Mode, misalnya, yang mirip dengan
mode Catch the Flag di game-game mutliplayer klasik yang meminta Anda
untuk memindahkan satu objek tertentu ke tempat lainnya, yang tentu saja
akan dihalangi oleh tim lawan. Namun harus diakui, terlepas dari semua
mode yang ditawarkan, dua mode standar – Team Deathmatch dan Domination
tetap menjadi yang paling favorit – sekaligus menawarkan kesempatan bagi
Anda untuk mencicipi sensasi Advanced Warfare yang sebenarnya. Dengan
mode yang memuat pertempuran tidak lebih dari belasan orang (standar 12
orang – 6 vs 6), Call of Duty: Advanced Warfare tidak banyak berubah
dibandingkan seri-seri sebelumnya. Anda masih akan berhadapan dengan mode multiplayer beritme cepat ala game-game COD sebelumnya. Masih tanpa kesempatan untuk menghancurkan bangunan atau pertempuran kendaraan berat ala Battlefield.
Di beberapa map, Anda akan bertemu dengan kejadian acak yang sayangnya,
tidak memberikan pengaruh signifikan dalam pertempuran. Seperti tsunami
ini misalnya.
Anda masih akan berhadapan dengan sebuah mode multiplayer beritme
cepat yang mengharuskan Anda terus bergerak, melemparkan peluru secepat
dan seefektif mungkin ke arah musuh yang Anda temui. Masih belum ada
kesempatan untuk menghancurkan lingkungan dan mendapatkan keuntungan
seperti halnya seri kompetitor – Battlefield, masih belum ada kendaraan
perang yang bisa Anda naiki seperti halnya Planetside 2. Semuanya
berjalan seperti halnya sebuah game Call of Duty pada umumnya. Bedanya
sekarang, ada sedikit elemen perubahan setting di menit-menit tertentu
seperti konsep Levolution dari Battlefield, namun tidak sampai pada
batas super ekstrim. Anda akan akan berhadapan dengan tsunami yang hanya
membasahi sedikit area pertempuran atau ekstra tempat berlindung yang
tiba-tiba muncul di tengah pertempuran sebagai bagian kargo yang
diturunkan oleh helikopter raksasa. Namun secara garis besar, ia
mengusung mekanik multiplayer yang sama.
Yang membuatnya berbeda? Tentu saja kehadiran sang armor exoskeleton
yang kini membuat medan pertempuran lebih luas secara vertikal, walaupun
tetap sama secara horizontal. Exoskeleton ini memungkinkan setiap user
untuk melakukan double jump, meraih tempat yang jauh lebh tinggi, dan
“memanfaatkan”-nya sebagai bagian dari strategi pertempuran. Exoskeleton
ini juga memungkinkan Anda melakukan boost gerakan seketika ke sisi
kiri dan kanan, sekaligus melompat lebih cepat ke depan, ketika
dibutuhkan.
Exoskeleton memang memberikan pengaruh berbeda di gameplay multiplayer
COD: AW. Salah satu yang signifikan adalah kemampuan double jump yang
juga berarti – akses vertikal yang lebih luas.
Anda juga bisa menggunakan boost ini untuk melakukan evade ke kiri dan
kanan secara instan. Namun sulit untuk dilakukan di tengah terjangan
peluru yang siap untuk membunuh Anda dalam hitungan detik.
Di atas kertas, gerakan ini diposisikan untuk membantu Anda untuk
mengecoh gerak lawan, lari dari bidikan, atau sekedar menghindari peluru
yang datang. Namun sayangya, ia tidak mudah dilakukan secara praktek.
Dengan empat atau lima peluru cepat yang sudah cukup untuk membuat
karakter Anda tewas seketika, hampir mustahil bagi otak untuk memberi
sinyal bagi otot jari Anda untuk melakukan gerakan menghindar ke kiri
dan ke kanan. Menjadi reaksi yang sangat instingtif untuk langsung ikut
mengangkat senjata, bidik, dan bertukar peluru hingga salah satu pihak
mati. Dari fungsi standar exoskeleton yang ditawarkan, double jump
adalah fitur yang paling memang dirasakan paling mempengaruhi jalannya
pertempuran.
Kekurangan di mode single player juga dibayar di mode multiplayer ini
dengan memberikan kebebasan bagi Anda untuk mengakses variasi fungsi
exoskeleton untuk digunakan di dalam pertempuran, bersama dengan senjata
dan item yang lain tentu saja. Di luar double jump dan boost gerakan,
Anda bisa memilih satu dari antara fungsi keren yang ada – seperti
stealth untuk menghilang, mempercepat gerakan, Stim untuk ekstra
regenerasi health super cepat, hingga kemampuan untuk melakukan hover
ketika melayang. Tentu saja, Anda tidak bisa mengakses kekuatan ini
secara terus-menerus mengingat ia akan memakan daya baterai yang
terbatas dan tidak bisa diisi ulang. Kebijakan terbaik adalah dengan
mengakses kemampuan ini di saat yang memang dibutuhkan, untuk
kepentingan strategis yang jelas. Atau untuk bertahan hidup jika memang
dibutuhkan. Anda bisa memilih kemampuan Exo yang ingin Anda gunakan, tentu dengan limitasi tertentu. Cloak engaged!
Sistem Scorestreak dengan akses senjata “khusus” berdasarkan point yang
Anda dapatkan sebelum tewas. Rasakan pengalaman badass ketika Anda
berhasil mengaktifkan si armor bongsor – Goliath.
Dan seperti halnya game-game Call of Duty sebelumnya, Anda tentu akan
punya kesempatan untuk membuka serangan “khusus” yang lebih kuat jika
Anda berhasil mengumpulkan point dalam jumlah tertentu sebelum tewas.
Memilih sendiri Scorestreak yang Anda butuhkan, tiga slot disediakan
untuk menawarkan Anda ekstra keuntungan dalam pertempuran dengan efek
yang spesifik. Tersedia dalam berbagai level point, Anda bisa mengakses
scorestreak yang berfungsi sekedar sebagai recon seperti Drones, yang
mengacaukan kemampuan musuh seperti System Hack untuk merusak HUD yang
ada, hingga yang mematikan seperti Warbird yang siap melemparkan hujan
peluru kaliber besar tanpa ampun. Kesempatan untuk mengakses scorestreak
juga akan menjadi motivasi tersendiri untuk bermain dengan lebih
cermat dan hati-hati. Karena begitu Anda tewas, point yang sudah sempat
Anda kumpulkan akan direset ulang, dan Anda harus memulainya kembali
dari awal. Ada segudang variasi senjata, dengan attachment dan perk yang bisa Anda buka setelah kenaikan level atau achievements tertentu.
Senjata yang lebih kuat atau variasi dengan status yang berbeda di
beberapa titik akan didapatkan dari random loot atau sebagai reward dari
kenaikan level dan beragam achievement yang berhasil Anda telurkan.
Terbagi ke dalam beberapa kategori yang berbeda, setiap senjata ini juga
bisa dipasang attachment untuk menghasilkan boost status tertentu atau
sekedar efek buff permanen. Dengan slot beberapa kelas untuk Anda
modifikasi, kesempatan untuk menciptakan kelas sendiri yang menurut Anda
mungkin bisa beradaptasi dengan beragam skenario yang ada menjadi
sesuatu yang sangat esensial.
Salah Satu Tokoh Villain Terbaik!
SPOILERS AHEAD! CAREFUL!
Siapa tokoh antagonis terbaik dari franchise Call of Duty di mata
Anda? Jika Anda termasuk gamer yang cukup mengenal franchise ini, maka
pilihan pertama mungkin akan langsung jatuh pada sosok Makarov yang
menjadi tokoh “sentral” dari trilogi Call of Duty: Modern Warfare.
Aksinya di “No Russian” mungkin menjadi yang paling memorable,
membuktikan betapa dingin dan tidak mengenal kata komprominya karakter
yang satu ini. Makarov siap untuk mehalalkan segala cara untuk menempuh
visi jangka panjangnya, yang sayangnya, tidak terlalu jelas dan lebih
banyak dihiasi oleh ambisi pribadi yang egois. Satu yang pasti Anda dan
kami setuju, Makarov adalah tokoh militan yang berbahaya. Dengan motif dan kepribadian yang ia miliki, Jonathan Irons pantas masuk ke dalam jajaran salah satu villain COD terbaik.
Lalu datanglah Jonathan Irons yang diperankan sangat manis oleh aktor
Hollywood kawakan – Kevin Spacey. Berbeda dengan Makarov yang dipenuhi
dengan dendam pribadi, Irons adalah tokoh antagonis pertama Call of Duty
dengan kepribadian yang boleh terbilang “abu-abu”. Ia hadir sebagai
seorang visioner dengan kekuatan militer dan kekayaan yang tidak
terbatas untuk sebuah tujuan yang sebenarnya mulia – menciptakan sebuah
dunia yang lebih damai. Irons bertarung tidak hanya dengan senjata,
tetapi melalui ilmu pengetahuan, politik, dan pendekatan sosial. Ia
menyoroti fungsi PBB yang begitu minimum untuk menjaga perdamaian dunia
dan sikap Amerika Serikat sebagai negara superpower yang gila perang.
Dengan Atlas, ia jadi punya kemampuan untuk membawa stabilitas dunia
tanpa omong kosong, yang selama ini selalu dipengaruhi politik uang dan
kepentingan. Sayangnya, dengan metode yang sangat radikal. Look at that beautiful smile!
Dengan kejelasan motif yang ingin ia capai, Jonathan Irons hadir
sebagai tokoh antagonis yang sangat mudah dipahami dan dimengerti di
saat yang sama. Ia melambangkan sebuah langkah ekstrim untuk mengubah
cara dunia bekerja, setidaknya untuk menjamin masa depan yang lebih baik
lewat teknologi dan “keterpaksaan” untuk berpihak pada kedamaian.
Membuat semua pertempuran yang berlangsung di Advanced Warfare memang
memiliki alasan yang jelas. Bukan hanya karena sekedar alasan kejam,
dingin, balas dendam, atau hal klise yang tidak cukup kuat untuk
mengobarkan sebuah perang dunia ketiga.
Kesimpulan
Call of Duty: Advanced Warfare menawarkan kembali alasan mengapa
franchise ini begitu dicintai di masa lalu. Kekuatan cerita ala film
Hollywood yang kuat, dramatis, dengan ekstra identitas baru yang cukup
menyegarkan, membuat seri ini menjadi alasan mengapa Anda perlu kembali
mencicipi franchise ini kembali. Tidak istimewa memang, namun
setidaknya, untuk sekian lama, Anda akhirnya bisa merasakan sesuatu yang
baru dari Call of Duty.
Call of Duty: Advanced Warfare tetaplah sebuah seri Call of Duty
tahunan yang menarik untuk dijajal, yang seperti seri-seri pendahulunya,
mampu menawarkan sebuah pengalaman game FPS single player yang epik,
dramatis, dan sinematik di saat yang sama. Semua hal yang Anda cintai
dari franchise ini dihadirkan kembali, kini dengan ekstra kualitas
visualisasi yang jauh lebih baik. Implementasi konsep perang futuristik
yang ia usung juga tidak terasa berlebihan dan masih masuk dalam koridor
yang masih mungkin terjadi di dunia nyata. Walaupun tidak terlalu
tampil maksimal di mode single player, namun implementasi teknologi
exoskeleton yang ada memang mengubah cara sebuah game Call of Duty –
multiplayer disajikan. Memberikan akses vertikal yang lebih baik,
pertempuran menjadi lebih dinamis dan sulit untuk diprediksi, apalagi
dengan segudang opsi untuk memodifikasi dan menciptakan kelas karakter
yang memang cocok dengan gaya Anda bermain. Secara garis besar, ia masih
sebuah seri Call of Duty yang Anda kenal, namun dengan penambahan
identitas baru yang membuatnya sedikit terasa berbeda, itu saja.
Walaupun demikian, COD: AW masih menyisakan beberapa catatan ekstra
yang perlu diperhatikan. Salah satu yang sangat disayangkan adalah
absennya kesempatan untuk menciptakan fungsi Exoskeleton Anda sendiri di
mode single player yang ada, yang ternyata masih memaksa Anda untuk
beraksi sesuai dengan garis cerita yang sudah ditentukan sebelumnya.
Catatan lain adalah ketidakcocokan karakter, terlepas dari visualisasi
yang ditawarkan. Adalah sebuah keputusan yang cukup absurd bagi kami
untuk melihat wajah Troy Baker sebagai visualisasi Mitchell secara
langsung, yang notabene, terlalu tampan untuk diceritakan sebagai
seorang prajurit yang sudah makan asam garam pertempuran. Rambut indah
sunsilk dan aksi perang epik? Kecuali Anda seorang Viking atau Dewa dari
mitologi masa lalu, kombinasi ini terasa tidak cocok.
Namun terlepas dari catatan tersebut, Call of Duty: Advanced Warfare
menawarkan kembali alasan mengapa franchise ini begitu dicintai di masa
lalu. Kekuatan cerita ala film Hollywood yang kuat, dramatis, dengan
ekstra identitas baru yang cukup menyegarkan, membuat seri ini menjadi
alasan mengapa Anda perlu kembali mencicipi franchise ini kembali. Tidak
istimewa memang, namun setidaknya, untuk sekian lama, Anda akhirnya
bisa merasakan sesuatu yang baru dari Call of Duty.
Kelebihan
What the? Is that human?
Peningkatan kualitas visual yang signifikan
Exoskeleton di multiplayer yang mengubah gaya bermain
Single player yang tetap epik, dramatis, dan sinematik
Tokoh antagonis yang memorable
Visualisasi konsekuensi perang yang lugas
Kelemahan
Terlalu tampan untuk ditanggapi “serius” sebagai seorang prajurit tangguh dengan pengalaman segudang.
Exoskeleton di single player yang tidak terasa signifikan
Model karakter yang terasa tidak cocok
Tidak ada peningkatan AI
Mode Exo Survival yang tidak terlalu menarik
Cocok untuk gamer: yang mencintai seri COD, menginginkan game FPS militer dengan cerita keren Tidak cocok untuk gamer: FPS kompetitif yang mengharapkan level kehancuran ala Battlefield atau realistis ala Arma
Perubahan adalah sesuatu yang, seperti kematian, tidak bisa
dihindari. Dengan semakin bertambahnya usia, seiring dengan pengalaman
hidup yang semakin kaya dan banyaknya pelajaran yang didapatkan,
seseorang seringkali dihadapkan pada dua pilihan: menjadi lebih baik
atau lebih buruk karenanya. Hal yang sama juga terjadi pada setiap
franchise game besar yang lahir di industri game. Game yang muncul
berseri biasanya juga mengusung perbedaan tertentu, terkadang membuat
pengalaman bermain lebih maksimal, namun tidak jarang pula yang menjadi
blunder besar. Dari begitu banyak franchise, salah satu yang berhasil
mempertahankan konsistensi kualitas adalah Ace Combat.
Sebagai salah satu franchise game pesawat yang cukup sukses di pasaran, Ace Combat
berkembang cukup pesat dari setiap seri ke seri berikutnya. Walaupun
mengusung satu genre yang sama, simulator pesawat tempur (saya lebih
menyebutnya sebagai Arcade karena kesederhanaan kontrol dan gameplay),
Ace Combat selalu mampu “tampil segar” lewat berbagai peningkatan yang
cukup signifikan di setiap serinya. Kita tidak hanya membicarakan segi
visual, namun juga pembawaan plot hingga inovasi gameplay yang semakin
baik. Pada akhirnya, keberhasilan utama game pesawat seperti ini
terletak pada seberapa efektifnya ia membuat adrenalin Anda terpompa.
Pertanyaannya kini, mampukah Ace Combat terbaru melakukannya? Namco Bandai mengambil sebuah langkah yang terhitung
ekstrim untuk seri franchise suksesnya ini. Tren global dimana gamer
tampak lebih menyenangi skema pertarungan dunia nyata (walaupun dengan
plot fiktif) serta dramatisasi ala film Hollywood yang seringkali muncul dalam game-game FPS belakangan ini tampaknya menjadi dasar dibangunnnya Ace Combat: Assault Horizon.
Walaupun mengandung intisari sebuah game Ace Combat yang masih terasa
kental, namun Assault Horizon bisa dipandang sebagai sebuah game yang
berbeda. Bukan sebuah Ace Combat yang selama ini Anda kenal. Menariknya,
ia menjadi sebuah tonggak dasar bagi inovasi yang mungkin akan lebih
sering kita lihat di masa depan.
Bagi Anda yang sempat membaca preview kami dan memerhatikan
screenshot yang ada tentu sudah cukup mendapatkan gambaran tentang apa
yang ditawarkan oleh Ace Combat: Assault Horizon ini. Anda tentu sudah
merasakan perubahan gameplay yang cukup signifikan dan berbagai elemen
baru di dalamnya. Semakin baik atau tidak? Simak review ini.
Plot
Palm Islands - Landmark dari Dubai digambarkan cukup baik di sini
Ace Combat selama ini memang dikenal sebagai sebuah game pesawat yang
mampu menghadirkan pertarungan udara yang cepat dan menegangnkan. Namun
bagi Anda yang mengikuti setiap serinya tentu mengerti bahwa setting
yang dihadirkan oleh hampir sebagian besar seri Ace Combat terjadi di
dunia yang fiktif. Hal ini terkadang membuat sensasi realistis game ini
berkuarang. Planet, kota, dan pesawat yang tidak pernah ada di dunia
nyata tentu membuat Ace Combat tak ubahnya sebuah game “imajinasi”
belaka. Namun Namco Bandai tampaknya mulai perlahan merubah arah
tersebut. Setelah seri terakhir Joint Assault (PSP) mengambil setting di
dunia nyata, kini giliran Assault Horizon melakukan hal yang sama. Capt. William BishopTRINITY is no joke!
Anda akan berperan sebagai Kapten William Bishop, seorang pilot pesawat tempur andalan NATO. Posisi Anda sebagai pemimpin salah satu skuadron terbang terhebat – Warwolf menjadi
bukti nyata kemampuan terbang Anda. Di tahun 2015, yang berarti 4 tahun
dari sekarang, mata dunia sedang tertuju pada dataran Afrika yang
selalu bergejolak. Sebuah organisasi teroris bernama SRN menebarkan
ancaman yang serius pada keamanan dunia melalui senjata pemusnah massal
jenis baru yang mereka namakan TRINITY. Hal ini tentu
saja mendorong PBB untuk mengambil tindakan tegas. Badan dunia ini
menugaskan NATO dan Russia untuk menggelar operasi militer bersama untuk
menumpas SRN dan sekaligus menghilangkan Trinity dari muka bumi. Perang
pun dimulai.
Seiring dengan perperangan yang terjadi, pasukan gabungan dan
skuadron Warwolf menemukan fakta mengejutkan. Kekuatan SRN yang besar
tidak hanya berakar dari dirinya sendiri, namun berasal dari organisasi
teroris lain – Blatnoi yang berasal dari Rusia. Kemampuan militer
Blatnoi yang besar membuat kelompok ini berhasil melakukan kudeta pada
pemerintahan resmi Rusia. Bersama dengan SRN, mereka mengancam akan
meluncurkan Trinity pada negara-negara dunia. Anda yang dituntut untuk
mencegah hal ini terjadi. Say hello to MarkovThe Shark yang ditakuti
Blatnoi yang mampu menjatuhkan sebuah negara tentu tidak berisikan
orang-orang lemah. Organisasi ini berhasil merekrut orang-orang militer
terbaik Rusia, khususnya mereka yang datang dari angkatan udara. Salah
satunya adalah Markov. Pilot pesawat tempur yang selamat dari perang
Kosovo di masa lalu ini mengawaki sebuah pesawat dengan identitas unik –
Akula atau The Shark. Ia mampu bermanuver dengan cepat dan hampir tak
pernah kalah dalam pertempuran udara melawan siapapun. Siapa yang
menyangka jika pria ini ternyata memiliki “agenda perang” sendiri yang
lebih kejam dibandingkan Blatnoi maupun SRN. Ia juga menjadi momok
menakutkan yang harus ditakhlukkan oleh Bishop.
Mampukah pasukan gabungan ini menghancurkan Trinity? Apakah Bishop
akan mampu mengalahkan Markov dalam pertempuran satu lawan satu?
Siapakah pengkhianat yang membuat rencana NATO seringkali tidak
berhasil? Jawabannya bisa Anda temukan dengan memainkan game ini.
Ace Combat Dengan Helikopter dan Mini-Gunner
Ace Combat selalu berfokus pada pesawat dan hanya pesawat. Tidak ada
yang berubah secara signifikan di Ace Combat: Assault Horizon ini. Namun
konsep “hanya pesawat” yang selama ini diusung di seri sebelumnya harus
mulai dihapuskan, karena game terbaru ini menawarkan sesuatu yang
lebih. Anda akan merasakan bahwa Namco Bandai tidak lagi menjadikan Ace
Combat sebagai sebuah game pesawat semata, namun mulai bergerak ke arah
sebuah franchise game perang yang memperlihatkan kemampuan angkatan
udara secara keseluruhan. Ucapkan selamat datang kepada Helikopter dan
Mini-Gunner yang untuk pertama kalinya, hadir! Anda akan berperan sebagai Mini-Gunner di beberapa misiBermanuver dengan Apache? Sebuah pengalaman Ace Combat yang baru
Di misi-misi tertentu, Anda akan diminta untuk berperan sebagai pilot
helikopter dan mini-gunner. Pada misi mini-gunner, Anda hanya perlu
mengarahkan gatling gun dan menembak semua target yang bergerak,
sementara helikopter bermanuver secara otomatis. Mirip konsep
rail-shooting. Sementara ketika Anda menggunakan helikopter, Anda akan
dibawa pada sistem pemainan arcade yang kental. Posisi ketinggian
helikopter akan stabil secara otomatis dan Anda hanya perlu menggunakan
analog untuk menggerakkannya. Crosshair yang ada dihadirkan untuk
membantu Anda menghancurkan target di darat, yang seringkali menjadi
misi utama ketika Anda menggunakan helikopter.
Dog-fight Mode – Dramatisasi ala Film Hollywood
Anda yang sering menonton film pesawat ala Hollywood tentu sudah
tidak asing dengan pengambilan gambar super dekat dari sisi senjata
pesawat untuk menambah efek dramatis dalam pertempuran. Apalagi jika
mereka sudah memadukannya dengan berbagai efek slow motion dan efek
destruktif yang memanjakan mata. Efek seperti inilah yang berusaha
diadapatasikan oleh Namco Bandai pada Ace Combat: Assault Horizon.
Walaupun inovasi gameplay ini sebenarnya ditujukan untuk menghadirkan
gaya pertarungan yang lebih realistis, namun bagi saya, ini hanya lebih
kepada fitur eye-candy yang hanya berpengaruh signifikan pada
kondisi-kondisi tertentu saja.
Sudah bukan rahasia lagi jika pekerjaan untuk membidik dan
menghancurkan pesawat musuh bukanlah pekerjaan remeh-temeh di seri Ace
Combat. Anda harus bermanuver dengan lincah untuk berada di belakang
sang pesawat, memacu kecepatan hingga mencapai jarak yang tepat untuk
menembakkan rudal, dan mencoba lagi jika gagal. Di Assault Horizon,
pertempuran ini dipermudah dengan hadirnya mode Dog-Fight. Anda kini
hanya tinggal mengejar pesawat musuh pada jarak tertentu, menunggu
indikator hijau menyala, dan menekan kombinasi tombol R1+L1 (Playstation 3) atau RB + LB (XBOX 360) untuk masuk dalam mode pertempuran ini. Dog-Fight Mode - sebuah dramatisasi pertempuran ala HollywoodPastikan crosshair terus berwarna merahDog-Fight Mode akan membuat pesawat Anda secara
otomatis mengikuti pesawat yang menjadi target. Walaupun musuh bergerak
dengan cepat dan bermanuver lincah, Anda hanya tinggal memastikan
crosshair lingkaran di tengah layar tetap mengarah kepada mereka.
Dog-fight Mode akan terus berlanjut hingga Anda keluar dari mode ini
secara manual atau pesawat musuh berhasil menghindar dan keluar dari
jarak crosshair. Dengan memacu kecepatan dan memperpendek jarak, Anda
bisa menembakkan rentetan peluru atau memaksimalkan rudal untuk
menghancurkan setiap pesawat yang ada. Sebuah cara yang efektif untuk
membunuh dengan cepat. Dog-fight Mode akan sangat membantu ketika Anda
menjadikan pesawat “Ace” musuh, yang biasanya ditandai dengan tulisan
TGT_LEAD dan Boss-fight sebagai target.
Namun jangan mengira hanya Anda yang dapat melakukan hal ini. Pesawat
musuh juga dapat mengekor dan memicu dog-fight mode pada pesawat Anda.
Anda punya dua alternatif untuk mengatasinya. Pertama, kabur dengan
kecepatan tinggi dan terbang dalam gerak yang menjauh. Kedua, memacu
kecepatan dan berbelok secara tiba-tiba untuk memicu Reversal-Mode,
dimana pesawat Anda akan bermanuver dan berbalik mengekor pesawat musuh.
Selanjutnya? Tinggal tembakkan dua rudal dengan cepat untuk mengajarkan
pada sang pilot pesawat musuh bagaimana cara melakukan Dog-Fight dengan
benar. Air - strike mode membuat perang terlihat indah
Mode yang serupa (walaupun dengan nama yang berbeda) seperti ASM – Air Strike Mode,
juga dapat dipicu dengan cara yang serupa. Ketika Anda berperan sebagai
pesawat bomber yang lebih berfokus untuk menghancurkan target yang
berada di darat atau laut, indikator untuk memicu mode ini biasanya akan
muncul di peta. Anda hanya tinggal mendekati indikator tersebut dan
melakukan trigger tombol yang sama untuk membawa Anda pada sensasi
dramatisasi yang tidak jauh berbeda.
Hilangnya Beberapa Fitur Berkualitas Ace Combat
Pemimpin Skuadron? Anda akan lebih banyak merasa bertempur sendiri
Ace Combat: Assault Horizon mungkin menghadirkan dog-fight mode
sebagai nilai jual utama. Walaupun mode ini berhasil menghadirkan
sensasi Ace Combat yang berbeda, namun bukan berarti akan membuat
gameplay serta merta menjadi sempurna tanpa celah. Jika dibandingkan
dengan seri-seri sebelumnya, Namco Bandai justru menghilangkan beberapa
fitur penting yang di masa lalu pantas untuk diacungi dua jempol.
Memainkan Ace Combat kali ini tanpanya? Sedikit canggung.
Salah satu yang paling signifikan adalah hilangnya fitur untuk memberikan perintah kepada pesawat pendamping Anda.
Apalah gunanya menjadi seorang pemimpin skuadron terbang terbaik di
angkatan udara namun Anda tidak dapat mengendalikan mereka? Fitur Ace
Combat di masa lalu yang berpengaruh sangat signifikan pada gameplay ini
entah mengapa justru dihilangkan begitu saja. Akibatnya? Anda akan
melihat anak buah Anda terbang kesana-kemari tanpa koordinasi, membunuh
pesawat yang justru tidak terlalu mengancam. Kelemahan ini terkadang
akan membuat Anda frustrasi.
Salah satu kekuatan utama dari Ace Combat juga terletak pada
kebebasan Anda untuk meraih poin tertentu dan membeli pesawat yang
menurut Anda terbaik untuk menyelesaikan misi. Di Assault Horizon, fitur
ini juga dihilangkan. Anda akan lebih banyak “disuapi” pesawat yang
muncul sebagai bagian dari plot tanpa banyak alternatif lain untuk
digunakan. Pesawat yang sudah pernah muncul memang terbuka untuk dibawa
bertempur pada misi-misi tertentu, namun Anda akan jarang meliriknya.
Mengapa? Karena plot utama akan menghadirkan satu varian pesawat baru
yang jauh lebih kuat hingga Anda tak punya pilihan lain selain
memilihnya. Berbeda dengan Ace Combat sebelumnya yang memberikan Anda
opsi yang cukup terbuka untuk memilih satu dari beragam pesawat dengan
kekuatan yang sama.
Jagoan? Anda Akan Merasa Seperti Tumbal Perang!
Walaupun banyak pesawat Ally di sini, Anda akan tetap menjadi magnet semua peluru dan rudal
Sebagai seoarang karakter utama, memang menjadi tugas Anda untuk
memastikan kesuksesan misi di dalam sebuah game. Anda yang harus
membunuh lebih banyak pesawat, Anda yang harus berjuang di garis depan,
dan Anda yang harus menghancurkan senjata apapun yang mengancam dunia.
Ini memang sebuah plot klise yang sudah diterapkan oleh banyak game.
Namun, di Ace Combat: Assault Horizon, daripada merasa seperti jagoan,
Anda akan merasa seperti seekor tumbal perang. Mengapa?
Jika Anda merasa hilangnya fitur untuk memberikan komando bagi
pesawat pendukung sudah cukup buruk, tunggu hingga Anda bertemu dengan
musuh dalam jumlah yang masif. Dari semua pesawat bawahan Anda yang
bergerak bebas di dalam peta, entah mengapa semua musuh hanya tertarik
untuk menyerang Anda. Benar sekali, Anda akan merasa seperti magnet
peluru dan rudal tanpa alasan yang jelas. Anda hanya akan sesekali
menemukan pesawat musuh yang berusaha menghancurkan AI teman Anda,
sementara sisanya, Anda akan merasa seperti berjuang sendirian. Tanpa
kontrol atas gerakan pesawat teman dan selalu menjadi target rudal
musuh? Anda bukan pemimpin skuadron, Anda hanyalah tumbal in disguise!
Bagaimana dapat menyerang pasukan di darat dengan sudut pandang kamera seperti ini?
Anda juga akan merasakan perasaan yang sama ketika menggunakan
helikopter. Dari semua helikopter lain yang ada, Anda akan menjadi
satu-satunya target serangan. Lebih buruk? Sistem kameranya akan membuat
Anda kesulitan untuk membidik musuh yang terlihat. Bagaimana rasanya
terus ditembak tanpa mampu menembak balik karena sudut pandang kamera
menghalangi pandangan Anda? Seperti hendak melakukan kamikaze dan
menabrakkan si helikopter. Untung saja merubah kamera ke first person
cukup mengatasi masalah yang satu ini.
Perkuat Diri dengan Skill di Free Mission
Sistem Skill
Free Mission merupakan mode bebas dimana Anda bisa memainkan kembali
semua misi yang sudah Anda selesaikan di Campaign Mode. Bedanya, Anda
kini dapat memilih sendiri pesawat yang Anda inginkan dan senjata
spesial yang bisa Anda gunakan (walaupun pada akhrinya akan memilih
pesawat terbaik tanpa alternatif. Free Mission memang menjadi media yang
tepat untuk menjajal pertempuran kembali secara bebas. Satu fitur baru
juga disematkan ke dalam mode ini, yakni fungsi Skill yang pertama kali
diperkenalkan.
Dari poin yang bisa Anda dapatkan dari menyelesaikan misi di Campaign
Mode, Anda kini dapat menyematkan skill tertentu pada kemampuan
bertarung Anda. Datang dengan harga tertentu (yang tidak murah) Anda
akan memperkuat kemampuan pesawat Anda secara umum. Sebagai contoh, Anda
dapat memperkuat rate fire machine gun, menambah jumlah rudal yang bisa dibawa, hingga mode Dog-Fight yang lebih mudah ditrigger.
Kesimpulan
Worth to Play!
Jadi bagaimana kinerja Ace Combat: Assault Horizon secara
keseluruhan? Saya akan menghindari untuk menyebut seri terbaru ini
sebagai sebuah kelanjutan franchise karena ia lebih cocok dikategorikan
sebagai sebuah seri Reboot. “Rasa” Ace Combat yang sering Anda cicip
kini hanya terletak pada kontrol dan gameplay dasar yang familiar.
Selebihnya? Ia menjadi sebuah game yang jauh berbeda. Keinginan untuk
menghadirkan pertempuran dalam lingkungan dunia yang nyata harus
mendapatkan acungan jempol karena mampu menghadirkan sensasi yang lebih
realistis. Visualisasi kota-kota yang menjadi tempat bertempur juga
dibangun dengan cukup baik. Namun secara detail? Anda akan menemukan
kekurangan di sana-sini, terutama pada desain karakter dan landscape
kota secara keseluruhan.
Gameplay juga berubah cukup drastis. Penambahan helikopter dan
mini-gunner ke dalamnya semakin membuktikan bahwa Ace Combat bukanlah
lagi sebuah game pesawat yang kita kenal. Namco Bandai berusaha
menggesernya menjadi sebuah franchise pertempuran udara yang melibatkan
perangkat dan senjata yang lebih luas. Apakah hal ini membuat Ace Combat
lebih baik atau buruk? Well, saya pribadi tidak berkeberatan
dengan sedikit penambahan di sana sini, karena pesawat masih menjadi
elemen permainan yang utama. Cukup membawa suasana yang lebih fresh.
Dog-fight mode juga lebih berperan sebagai fitur dramatisasi yang
memanjakan mata, daripada sebuah inovasi yang signifikan. Walaupun Anda
akan membutuhkannya untuk melawan pesawat jagoan musuh dan boss, namun
untuk perperangan umum – Anda tak akan banyak menggunakannya. Butuh
penyempurnaan di sana-sini untuk dog-fight mode yang lebih baik, karena
tidak jarang fungsi untuk mengikuti pesawat musuh secara otomatis justru
akan membawa pesawat Anda terjun bebas ke laut atau menabrak gunung.
Ace Combat: Assault Horizon memang menjadi awal yang bagus jika
memang Namco Bandai ingin menjadikan seri ini sebagai “Call of Duty” nya
game simulator pesawat. Anda ada baiknya juga jika di masa depan,
fitur-fitur utama seperti opsi pesawat, teammate control, dan sudut
pandang kamera yang lebih baik juga mendapatkan perhatian utama. Karena
pada akhirnya, sebuah game bukanlah selalu soal apa yang dilihat mata,
namun keseluruhan pengalaman yang dihadirkan.
Kelebihan:
Cut-scene sinematik yang memanjakan mata
Setting perang di dunia nyata
Detail pesawat yang menawan
Dog-fight mode untuk dramatisasi ala film Hollywood
Hadirnya Helikopter dan Mini-Gunner
Cut-scene sinematik
Sistem skill di Free Mission
Kekurangan
Percuma punya pesawat pendukung
Minus Skema Kontrol untuk mengendalikan pesawat pendukung
Sudut kamera yang justru seringkali menghalangi sudut pandang (third peson)
Detail yang belum cukup baik untuk karakter dan landscape kota
Minim opsi pesawat pada misi
Cocok untuk: gamer pencinta Ace Combat, Flight-Arcade, pencinta dramatisasi perang udara ala Hollywood Tidak cocok untuk gamer: yang mudah pusing dengan gerak kamera yang cepat dan penuh goncangan.